Direktur Eksekutif Center for Energy Policy M. Kholid Syeirazi menyampaikan paparan saat Panel Discussion II: Energi dan Hilirisasi, Kita Bisa Tap in di Mana? dalam acara Rembuk Energi dan Hilirisasi 2025 di Pos Bloc, Jakarta, Rabu (10/12/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Center for Energy Policy M Kholid Syeirazi menyebut transisi energi memerlukan proses bertahap yang tidak bisa dilakukan secara instan. Ia menegaskan dominasi energi fosil selama tiga abad membuat pengurangan drastis dalam waktu singkat tidak realistis.
Kholid menyampaikan berbagai lembaga kredibel dunia masih memproyeksikan bauran energi fosil berada di kisaran 60 persen sampai tahun 2060. Ia menilai kondisi tersebut menunjukkan negara tetap membutuhkan energi konvensional meskipun agenda Net Zero Emission terus didorong.
“Sampai tahun 2060 bauran bahan bakar fosil itu masih sekitar 60-an persen. Belum bisa kita itu talak tiga terhadap bahan bakar fosil,” kata dia dalam acara Rembuk Energi dan Hilirisasi 2025, di Jakarta, Rabu (10/12/2025).
Kholid memerinci perhitungan historis yang menunjukkan bahan bakar fosil telah menguasai perekonomian global sejak revolusi industri. Ia menekankan relasi panjang itu tidak bisa digantikan dalam satu atau dua dekade. Menurutnya, setiap negara perlu menyusun transisi secara realistis dengan memperhitungkan aspek teknis, ekonomi, dan keamanan energi.
Ia mencontohkan perlunya penambahan kapasitas kilang untuk menjaga ketahanan pasokan dalam negeri. Kholid menilai keberadaan kilang tetap relevan karena dapat beralih menghasilkan produk petrokimia saat konsumsi BBM berkurang seiring elektrifikasi transportasi.
Di sisi lain, ia mengingatkan pentingnya penguatan infrastruktur seperti oil storage untuk mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi impor. Menurutnya, langkah perbaikan hulu dan hilir akan memberi ruang bagi Indonesia membangun ketahanan energi sambil menjalankan agenda transisi secara bertahap.
Kholid menambahkan penguatan kebijakan energi diperlukan agar pengurangan ketergantungan impor tidak menimbulkan tekanan sosial maupun teknis di lapangan. Ia menilai pengembangan kilang dan infrastruktur pendukung harus dirancang beriringan dengan rencana jangka panjang transisi menuju energi bersih.
Transisi energi, kata dia, bukan hanya persoalan pengurangan emisi, tetapi juga menjaga stabilitas ekonomi dan akses energi masyarakat. Kholid menekankan pentingnya langkah evolutif yang konsisten agar transformasi menuju bauran energi lebih hijau tetap berjalan tanpa menghambat kebutuhan nasional. Proses panjang dominasi energi fosil menjadi dasar mengapa perubahan struktural memerlukan waktu tidak singkat.

8 hours ago
2















































