Pakistan-India Saling Ancam, Perang Nuklir di Depan mata?

9 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif mengatakan bahwa negaranya tidak akan melakukan tindakan militer terhadap India kecuali situasi meningkat di New Delhi. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara menyusul serangan yang menewaskan 26 turis di Kashmir, yang mana India menuduh Pakistan bertanggung jawab.

“Kami tidak punya niat untuk memulai tindakan apapun, tetapi jika ada tindakan (oleh India), akan ada tanggapan, dan tanggapan tersebut akan proporsional dengan tindakan tersebut,” tambah Asif dalam wawancara dengan kantor berita Rusia RIA Novosti kemarin.

Dia menekankan bahwa "Islamabad tidak ingin memperburuk situasi atau memulai apa pun. Jika India berupaya menginvasi atau menyerang Pakistan, maka responsnya akan lebih dari proporsional."

Pasukan India dan Pakistan terlibat baku tembak untuk hari kedua berturut-turut pada hari Sabtu. Militer India mengatakan pasukannya menanggapi tembakan senjata ringan yang "tidak beralasan" dari beberapa posisi tentara Pakistan di sepanjang perbatasan de facto sepanjang 740 kilometer (460 mil) yang memisahkan wilayah Kashmir India dan Pakistan.

“Pasukan India merespons dengan tepat dengan menggunakan senjata ringan,” kata militer dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa penembakan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.

Ketegangan meningkat antara India dan Pakistan, dua negara bersenjata nuklir dan sekutu Amerika Serikat, sejak serangan Selasa lalu di Kashmir.

Dalam beberapa hari terakhir, kedua negara telah melakukan serangkaian tindakan hukuman dan pembalasan, termasuk penutupan wilayah udara, pembatalan visa, dan pengusiran warga negara mereka. India juga menangguhkan Perjanjian Indus tahun 1960, yang mengatur pembagian air dari Sungai Indus dan anak-anak sungainya.

Sejak pemisahan pada tahun 1947 dan kemerdekaan mereka, kedua negara telah berperang tiga kali, dan pemberontak di Kashmir telah berperang sejak tahun 1989 untuk mencapai kemerdekaan wilayah tersebut atau mencaploknya ke Pakistan.

New Delhi telah lama menuduh Islamabad mendukung mereka, namun Pakistan membantahnya dan mengatakan bahwa mereka hanya mendukung perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib sendiri. Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat meminta kedua negara untuk melakukan “penahanan diri secara maksimal.”

Muhammad Asif sebelumnya memperingatkan kemungkinan konfrontasi nuklir antara negaranya dan India. Terutama jika krisis saat ini tidak diatasi, menyusul peningkatan eskalasi antara kedua belah pihak menyusul serangan mematikan di Kashmir. 

Asif mengatakan, dalam pernyataan yang dilansir Anadolu Agency, konfrontasi antara dua kekuatan nuklir akan menimbulkan kekhawatiran di dunia. Ia menyatakan bahwa reaksi India terhadap serangan tersebut tidak mengejutkan, dan mengindikasikan bahwa insiden tersebut direncanakan untuk memicu konfrontasi dengan Pakistan. 

Dia menekankan kecaman Pakistan terhadap terorisme dalam segala bentuknya, dan mencatat bahwa negaranya adalah negara yang paling menderita akibat terorisme di wilayah tersebut selama bertahun-tahun. Asif menuduh India berada di balik serangan "teroris" di kota Pahalgam di Kashmir, mengkritik tuduhan New Delhi terhadap Islamabad tanpa bukti apa pun. 

Dia juga menunjukkan bahwa Front Perlawanan, perpanjangan dari kelompok Lashkar-e-Taiba (LeT) yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, sudah tidak ada lagi di Pakistan.

Dia menekankan negaranya siap untuk menghadapi setiap serangan udara yang dilancarkan oleh India dan memberikan tanggapan yang sama terhadap setiap tindakan yang diambil oleh New Delhi. Menteri Pakistan meminta India untuk terlibat dalam dialog dan menyelesaikan perselisihan yang belum terselesaikan, terutama masalah Kashmir, melalui cara damai. 

Ia juga meminta komunitas internasional, khususnya Amerika Serikat, untuk melakukan intervensi dan menawarkan solusi bijak terhadap insiden tersebut, seraya menegaskan kembali kesiapan negaranya untuk merespons dengan cara yang sama terhadap setiap eskalasi yang dilakukan India.

Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif menyerukan “penyelidikan yang tidak memihak” setelah "tuduhan tak berdasar" dari India menyusul serangan yang menewaskan 26 turis di Kashmir, yang mana India menyalahkan pihak Pakistan. “Kami siap untuk berpartisipasi dalam penyelidikan yang adil atas serangan terhadap wisatawan di Kashmir yang dikelola India,” kata Sharif dalam upacara militer pada hari Sabtu. “Perdamaian adalah tujuan kami, namun hal ini tidak boleh dianggap sebagai kelemahan.”

Dia menekankan bahwa Pakistan “bersatu” dan “siap mempertahankan kedaulatannya.” Dia berkata, “Negara berpenduduk 240 juta jiwa ini bersatu, berdiri di belakang angkatan bersenjatanya yang gagah berani, dan siap melindungi setiap inci tanah airnya,” dan mengancam akan merespons “dengan sangat tegas” terhadap setiap upaya India yang melanggar pasokan air melalui sungai bersama tersebut.

Pasukan India dan Pakistan saling baku tembak pada hari kedua pada Sabtu. Militer India mengatakan pasukannya membalas tembakan senjata kecil "tidak beralasan" dari beberapa pos tentara Pakistan yang dimulai sekitar tengah malam tadi malam di sepanjang 740 kilometer (460 mil) perbatasan de facto yang memisahkan wilayah Kashmir India dan Pakistan. “Pasukan India merespons dengan tepat dengan menggunakan senjata ringan,” katanya dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa penembakan itu tidak menimbulkan korban jiwa.

Potensi Nuklir...

Read Entire Article
Politics | | | |