Warga Palestina melewati mobil yang hancur pasca serangan Israel di Kota Gaza, Sabtu, 13 Desember 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Tindakan pemerintahan Zionis Israel membunuh komandan senior Hamas membuat gencatan senjata di Gaza di ujung tanduk. Hamas menyatakan tindakan itu membuat fase kedua gencatan senjata di Gaza dalam tanda tanya.
Tuduhan tersebut dikeluarkan pada Ahad setelah pembunuhan seorang komandan senior Hamas di dekat Kota Gaza. Sementara Israel mengatakan kelompok-kelompok Palestina menolak untuk menyerahkan sisa-sisa tawanan terakhir dan berusaha untuk melakukan “remiliterisasi”.
Dalam pernyataan video yang dirilis pada Ahad, pemimpin Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, mengiyakan terbunuhnya komandan senior Raed Saad dalam serangan Israel di Gaza pada hari sebelumnya. Dia menuduh Israel melanggar gencatan senjata dan membahayakan rencana perdamaian yang ditengahi Amerika Serikat.
“Pelanggaran Israel yang terus berlanjut terhadap perjanjian gencatan senjata… dan pembunuhan terbaru yang menargetkan Saad dan pihak lainnya mengancam kelangsungan perjanjian tersebut,” kata al-Hayya dilansir Aljazirah.
Dia meminta para mediator – khususnya Presiden AS Donald Trump – “untuk berupaya mewajibkan Israel menghormati gencatan senjata dan berkomitmen terhadapnya”.
Fase pertama gencatan senjata pada bulan Oktober menyerukan penghentian perang, pemulangan tawanan dan tahanan yang masih hidup, serta sisa-sisa jenazah, dan agar bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke wilayah kantong tersebut.
Setelah semua syarat tersebut terpenuhi, tahap kedua, yang mencakup penarikan pasukan Israel, pelucutan senjata Palestina, dan penghentian perang secara resmi, dapat dimulai.
Namun, sejak gencatan senjata dimulai pada 10 Oktober, Israel terus menyerang Gaza setiap hari, melakukan hampir 800 serangan dan menewaskan ratusan orang, menurut pihak berwenang di Gaza, sambil memblokir aliran bebas bantuan kemanusiaan.

2 hours ago
6













































