Warga Palestina melihat kerusakan pasca serangan udara tentara Israel di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, Senin, 28 April 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Media Haaretz melakukan wawancara panjang dengan sejumlah pilot, operator pesawat tak berawak, dan perwira di Angkatan Udara Israel yang terlibat langsung dalam serangan udara intensif di Jalur Gaza sejak awal perang, beberapa waktu lalu.
Dalam mempersiapkan laporan tersebut, surat kabar itu mengandalkan wawancara kelompok, sambil merahasiakan nama-nama partisipan karena "alasan keamanan".
Hal ini karena mereka termasuk di antara mereka yang secara langsung bertanggung jawab dalam melakukan operasi pengeboman dan penghancuran yang berdampak pada Jalur Gaza, yang menewaskan banyak warga sipil Palestina.
Dialog yang dilakukan oleh jurnalis Itai Masheh dan Ran Shimoni ini menunjukkan sisi lain dari kancah perang, memberikan gambaran internal tentang pengalaman para pilot dan operator pesawat tak berawak, melalui kesaksian mereka yang mengungkap keretakan psikologis dan moral yang mulai muncul di antara mereka.
Para pelaksana perintah
Para pilot berbicara tentang saat-saat penting ketika wajah orang-orang yang mereka bom, anak-anak, perempuan, dan orang tua, tiba-tiba muncul di layar drone atau selama analisis pascaserangan.
BACA JUGA: Begini Respons tak Terduga Warganet Yaman, Saat Pesawat Terakhir Mereka Dibom Israel
Mereka menceritakan bagaimana operasi yang sebelumnya dilakukan sebagai tugas "rutin" berubah menjadi tindakan yang penuh dengan keraguan dan penyesalan, dengan beberapa bahkan mempertanyakan kelangsungan perang itu sendiri dan kelanjutannya.
Selain dampak psikologis, banyak pilot mengungkapkan keprihatinan hukum yang semakin meningkat tentang konsekuensi dari misi mereka, di tengah meningkatnya pembicaraan tentang investigasi kejahatan perang dan ketakutan akan penuntutan internasional, karena "mengikuti perintah" tidak lagi menjadi kekebalan yang memadai di bawah hukum internasional.