Penulis Israel: Logika Netanyahu Soal Athena dan Sparta adalah Ilusi Belaka

8 hours ago 7

Warga Israel menggelar aksi protes menuntut diakhirinya perang di Jalur Gaza dan menentang pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, Sabtu (23/8/2025). Para peserta aksi menumpahkan kekesalannya atas kebijakan perang di Gaza yang telah berlangsung lama dan menimbulkan penderitaan bagi semua pihak. 

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Penulis Israel Dror Marmor mengkritik pernyataan-pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu baru-baru Ini.

Netanyahu berbicara mengenai indikasi isolasi internasional dan upaya-upaya untuk memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Israel.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar berbahasa Ibrani, Globes, dikutip Aljazeera, Rabu (17/9/2025), Marmor menunjukkan bahwa Netanyahu, yang sedang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional, juga berbicara tentang kesulitan dalam mengimpor senjata dan mengandalkan ekonomi autarkis (swasembada) yang didasarkan pada isolasi diri.

Pernyataan ini berbeda 180 derajat dengan pidato Netanyahu sebelumnya yang menekankan bahwa Israel selangkah lagi menuju kemenangan.

Alih-alih menyangkal atau mengurangi dampak dari pernyataan-pernyataan ini, Netanyahu mengatakannya di depan umum dan menekankan bahwa apa yang berhasil di masa lalu tidak akan berhasil lagi.

Ini sebuah pengakuan yang jujur atas kesulitan strategis Israel yang mendalam. Penulis mengulas paradoks yang tampak antara kemakmuran ekonomi dan teknologi Israel, seperti keengganan perusahaan global Nvidia memilih lokasi untuk markas besar di bagian utara negara itu, pembangunan menara 30 lantai baru oleh Apple di Herzliya, dan ekspansi Google di Tel Aviv, serta pembicaraan Netanyahu tentang isolasi dan kontraksi ekonomi.

Pembalikan 180 derajat dari realitas globalisasi dan perdagangan bebas ini menimbulkan kekhawatiran serius bahwa perusahaan-perusahaan besar kehilangan kepercayaan terhadap pasar Israel, kata Marmor.

Netanyahu, yang biasanya membanggakan pencapaian internasionalnya dan pelukan global terhadap Israel setelah perang baru-baru ini, tiba-tiba berubah menjadi retorika pesimis yang lebih mengingatkan pada kegagalan yang menumpuk.

Netanyahu melangkah lebih jauh dengan mengatakan Israel harus menjadi Athena dan Sparta pada saat yang sama, yang oleh penulis digambarkan sebagai ilusi yang mustahil.

Hal ini karena Athena adalah simbol budaya, demokrasi, dan perdagangan, sementara Sparta mewujudkan ketertutupan dan militerisme, dan kombinasi keduanya adalah fantasi politik yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Read Entire Article
Politics | | | |