REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Bali terus mencatat pertumbuhan sektor properti yang menjanjikan pascapandemi. Pulau Dewata yang dikenal sebagai destinasi wisata global kini juga kian dilirik sebagai lokasi strategis untuk investasi jangka panjang, terutama di kawasan Kabupaten Badung.
Sepanjang 2024, Bali menerima kedatangan 6,3 juta wisatawan mancanegara, meningkat hampir 20 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut melampaui jumlah kunjungan sebelum pandemi dan menjadi salah satu indikator pulihnya sektor pariwisata yang turut menopang pergerakan pasar properti.
Tren kenaikan harga properti di Bali pun tercatat stabil. Proyeksi menunjukkan harga bisa meningkat dua kali lipat dalam tiga hingga lima tahun mendatang, seiring perbaikan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Data Indeks Harga Konsumen (IHK) Denpasar mencatat pertumbuhan dari 102,5 pada kuartal I 2023 menjadi 107,64 pada kuartal III 2024.
Kondisi ini ikut mendorong pasar penyewaan properti, terutama di kawasan wisata favorit. Laporan dari situs properti The Bali Homes menyebutkan, vila di wilayah populer dapat menghasilkan imbal hasil sewa kotor (gross rental yield) antara 7 hingga 15 persen. Kehadiran digital nomad—pekerja jarak jauh dari berbagai negara—menjadi salah satu kontributor utama permintaan sewa, terutama untuk jangka panjang.
Kabupaten Badung merupakan wilayah dengan infrastruktur pariwisata paling lengkap di Bali. Kawasan ini juga menjadi pusat pertumbuhan permintaan properti, baik oleh investor domestik maupun asing.
Data dari platform properti Rumah123 mencatat, permintaan properti dari warga negara asing (WNA) di Badung melonjak 92,1 persen pada 2023. Angka ini mengungguli kota-kota lain seperti Denpasar (81,3 persen), Surabaya (49,6 persen), dan Jakarta Utara (46 persen).
Beberapa wilayah di Badung seperti Munggu, Seseh, dan Pererenan kini menjadi incaran baru. Kawasan ini menawarkan suasana asri dengan bentang alam persawahan yang luas serta akses yang relatif mudah ke pusat wisata utama seperti Canggu dan Ubud.
“Munggu mulai menarik perhatian karena posisinya yang strategis namun masih menawarkan ketenangan,” ujar Shanny Poijes, Managing Director CORE Concept Living.
Menurutnya, Munggu terletak sekitar 1 hingga 3 kilometer dari Pererenan dan 5 hingga 8 kilometer dari Canggu. Posisi ini memberikan keunggulan dari sisi aksesibilitas tanpa harus berhadapan langsung dengan kemacetan lalu lintas seperti di pusat-pusat wisata yang lebih padat.
Shanny menyebutkan bahwa kawasan Munggu berpotensi memberikan hasil sewa sebesar 8 hingga 12 persen, tergantung pada jenis dan lokasi properti. Potensi ini tidak jauh berbeda dengan Canggu (7–15 persen) maupun Pererenan (sekitar 10–11 persen untuk pembangunan baru).
Ia menambahkan, biaya investasi awal yang lebih rendah di Munggu membuka peluang bagi investor pemula untuk mendapatkan pengembalian modal yang lebih tinggi.
“Selain imbal hasil, faktor kenyamanan hidup juga menjadi daya tarik. Munggu memberikan pengalaman hidup yang lebih tenang dengan lingkungan yang masih alami, namun tetap terhubung dengan fasilitas modern seperti sekolah internasional,” kata Shanny.
Ia menilai, pengembangan infrastruktur seperti akses jalan baru, koneksi internet cepat (termasuk layanan Starlink yang mulai beroperasi pada Mei 2024), serta rencana bandara internasional di Bali Utara turut memperkuat prospek pertumbuhan kawasan ini.
Keunikan Munggu juga terletak pada zonasi green belt yang membatasi pembangunan secara masif, sehingga menjaga keseimbangan lingkungan. Zonasi ini dinilai cocok dengan preferensi penyewa yang peduli pada gaya hidup berkelanjutan.
“Dengan proyeksi 6,5 juta wisatawan yang akan datang ke Bali pada 2025, serta berkembangnya Canggu dan Pererenan sebagai pusat gaya hidup dan hiburan, Munggu berada dalam posisi ideal untuk menjadi kawasan pertumbuhan berikutnya,” ujar Shanny.
Sebagai salah satu inisiatif pengembangan di Munggu, CORE Concept Living akan meluncurkan proyek hunian yang mengusung konsep Skandinasia—perpaduan desain Skandinavia dan nuansa budaya Bali. Proyek ini dijadwalkan diluncurkan pada Oktober 2025 dan mulai dibangun pada akhir tahun yang sama, dengan target serah terima pada kuartal IV 2027.
Meski tidak mengungkapkan detail komersial, Shanny menyebut proyek ini ditujukan bagi keluarga, pensiunan, maupun individu yang ingin menetap di Bali dengan gaya hidup yang lebih selaras dengan alam dan budaya lokal.
“Kami tidak hanya membangun rumah, tetapi menciptakan komunitas yang tumbuh bersama dan memberikan nilai jangka panjang,” ujarnya.