Layar menampilkan informasi pergerakan perdagangan karbon internasional pada awal pembukaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PLN Nusantara Power (NP), anak usaha PLN di bidang pembangkit listrik, mencatat respons positif dari pasar karbon sejak pertama kali terjun pada 2023. Nilai kredit karbon yang dijual PLN Nusantara Power mencapai belasan miliar rupiah.
Direktur Operasional Pembangkit Gas dan Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Manajemen Human Capital & Administrasi PLN Nusantara Power, Komang Parmita, mengatakan sejak 2023, PLN NP menjadi pelopor perdagangan karbon di Indonesia dengan proyek perdananya di PLTGU Muara Karang Blok 3, yang berhasil mengurangi 900 ribu ton karbon dioksida ekuivalen.
Pada tahun tersebut, perusahaan menjual 11 ribu ton karbon senilai Rp 625 juta dalam dua bulan. Tahun 2024, penjualan meningkat menjadi 36 ribu ton karbon dioksida dengan nilai Rp 1,4 miliar dari proyek PLTGU Muara Tawar. Pada kuartal pertama 2025, penjualan melonjak signifikan mencapai 336 ribu ton karbon dioksida ekuivalen senilai Rp 12 miliar.
"Pasar merespons sangat positif, bahkan di tengah gejolak global. Kebutuhan kredit karbon tetap tinggi, baik di tingkat nasional maupun internasional," kata Komang dalam kegiatan Seminar Strategi Upscaling Bisnis Karbon: Optimalisasi Peluang di Pasar Domestik dan Internasional, Senin (28/4/2025).
PLN NP memilih proyek-proyek yang memberikan penurunan emisi nyata, seperti modernisasi pembangkit gas dan pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Beberapa proyek unggulan termasuk PLTS Apung Cirata, PLTS di Ibu Kota Nusantara (IKN), serta konversi pembangkit gas ke sistem combined cycle untuk meningkatkan efisiensi.
PLN NP optimistis pasar karbon akan terus tumbuh seiring komitmen global menurunkan emisi. Langkah strategis perusahaan diharapkan berkontribusi pada target Indonesia mencapai nol emisi pada 2060.