Puluhan Tahun Warga Guwa Lor Cirebon tak Miliki Akses Air Bersih, ITB Buat Program Tirta Masjid

3 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON--Selama puluhan tahun, warga yang tinggal di Desa Guwa Lor, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, mengalami keterbatasan akses air bersih untuk kebutuhan rumah tangga dan ibadah. Melihat kondisi ini, Kementerian Agama (Kemenag) RI bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) meresmikan Program Tirta Masjid di Desa Guwa Lor, Kecamatan Kaliwedi, akhir pekan lalu.

Dari sisi teknis, Dosen Teknik Lingkungan ITB James Nobelia, menjelaskan bahwa sistem pengolahan air menerapkan teknologi filter aktif yang dimodifikasi untuk mengolah air dari sumber baru yang ditemukan warga. "Air baku yang sebelumnya memiliki kadar besi tinggi dan tingkat kekeruhan di atas ambang batas, kini dapat diolah menjadi air bersih yang layak konsumsi," ujar James.

Selama sekitar 70 tahun lalu, kata dia, warga Guwa Lor mengandalkan air irigasi yang tidak layak dikonsumsi. Upaya pengeboran hingga kedalaman 60 meter sebelumnya belum membuahkan hasil. Melalui program ini, air baku dari dua sumur bor dengan debit sekitar tiga liter per detik diolah menggunakan koagulan, pasir aktif, dan karbon, kemudian ditampung dalam dua tangki dengan kapasitas total 40 meter kubik.

Peresmian dilakukan oleh Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag RI, Waryono Abdul Ghofur, sebagai bagian dari implementasi Program Kampung Zakat. Program Tirta Masjid merupakan hasil kolaborasi lintas lembaga yang melibatkan Kemenag, Rumah Amal Salman, YBM BRILiaN, ITB, serta sejumlah mitra lainnya, dengan fokus pada penyediaan air bersih yang berkelanjutan dan dikelola berbasis pemberdayaan masyarakat.

“Sejak dulu Desa Guwa Lor memang dikenal sulit air. Jika selama ini masyarakat tetap sehat, itu adalah kuasa Allah. Namun ikhtiar menghadirkan air bersih menjadi bagian dari upaya bersama untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat,” kata Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag RI, Waryono Abdul Ghofur.

Waryono mengatakan, program ini mencerminkan pemanfaatan dana zakat, infak, dan sedekah yang diarahkan untuk menjawab persoalan fundamental warga. Sekaligus, mendorong kemandirian melalui pengelolaan berbasis masjid.

Waryono mengapresiasi, peran Rumah Amal Salman sebagai mitra pelaksana yang mampu mengintegrasikan penghimpunan dana umat dengan implementasi program di lapangan. Keterlibatan YBM BRILiaN dan ITB, menurut dia, turut memperkuat aspek pendanaan dan keilmuan, sehingga program ini diharapkan menjadi model pengelolaan zakat produktif berbasis masjid.

Menurut Rektor ITB Tata Cipta yang turut hadir dalam peresmian tersebut menyampaikan bahwa program air bersih di Guwa Lor merupakan hasil koordinasi dan pendampingan teknis yang dilakukan secara bertahap selama beberapa bulan. Kolaborasi antara ITB dan Rumah Amal Salman, kata dia, telah terjalin dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat.

“ITB berkontribusi melalui kepakaran keilmuan dan pendampingan teknis, sementara Rumah Amal Salman berperan dalam mobilisasi sumber daya dari zakat, infak, sedekah, serta implementasi di lapangan,” kata Tata.

Ia berharap kolaborasi ini dapat menjadi praktik baik sinergi antara institusi pendidikan dan lembaga sosial-keagamaan dalam menjawab persoalan dasar masyarakat.

Direktur Rumah Amal Salman Syachrial mengatakan, jaringan distribusi air bersih saat ini telah menjangkau 54 rumah warga dan ditargetkan meluas hingga sekitar 300 rumah. Pengelolaan fasilitas selanjutnya akan diserahkan kepada Koperasi Masjid Al Muhtadin dengan mekanisme iuran bulanan dan biaya pemasangan awal guna memastikan keberlanjutan layanan.

Read Entire Article
Politics | | | |