Rahmah El Yunusiyyah Pahlawan Nasional dari Ranah Minang (Perempuan yang Mendahului Zaman)

2 hours ago 2

Home > Literasi Saturday, 15 Nov 2025, 12:47 WIB

Ini adalah kisah perempuan yang tidak hanya bercita-cita, tetapi mewujudkannya dengan tangan sendiri. Perempuan yang mendirikan sekolah, memimpin perlawanan, mengibarkan bendera merah putih pertama di kotanya.

 Ist/ Khairul Jasmi)Pimpinan Diniyyah Puteri, Fauzia Fauzan dan figura foto Rahmah El Yunisiyyah. (FOTO: Ist/ Khairul Jasmi)

Prolog:

Rangkayo Syekhah Rahma El Yunusiyyah adalah ayam betina yang berkokok. Sejak belia di zaman penjajahan, ia mendirikan sekolah muslimah pertama di Nusantara (Indonesia), Diniyyah Putri. Tak terbeli. Ia adalah Komandan TKR, pasukan yang menghadang Belanda. Punya pasukan intel. Rahmah selalu berkerudung. Ditangkap, didenda, dan ditahan Belanda. Melawan Jepang agar menutup semua rumah bordir di Minangkabau. Menjemput perempuan-perempuan Minang yang diculik ke markas Jepang.

KINGDOMSRIWIJAYA-REPUBLIKA NETWORKProlog di atas adalah catatan pada sampul belakang buku novel biografi berjudul “Perempuan yang Mendahului Zaman” karya Khairul Jasmi seorang wartawan senior dari Ranah Minang. 10 November 2025 di Istana Negara Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Rahma El Yunusiyyah, perempuan yang dikenal dan disapa dengan panggilan "Etek Amah"— sebuah panggilan akrab yang menyimpan begitu banyak ketabahan dan pengorbanan.

Di sebuah sudut kota Padang Panjang, di antara gemuruh revolusi dan desir angin yang menyapu Lembah Anai, berdiri seorang perempuan dengan kerudungnya yang menutup dada. Namanya Rahmah El-Yunusiyyah, ia kerap disebut “Kartini-nya Padang Panjang”. Etek Amah adalah pejuang yang berjalan di tiga zaman: Belanda, Jepang, dan Kemerdekaan, namun namanya hampir tak terdengar dalam narasi besar sejarah Indonesia.

Ini adalah kisah tentang seorang perempuan yang tidak hanya bercita-cita, tetapi mewujudkannya dengan tangan sendiri. Seorang yang mendirikan sekolah, memimpin perlawanan, mengibarkan bendera merah putih pertama di kotanya, dan bahkan memelopori berdirinya tentara republik.

Rahmah lahir pada 29 Desember 1900, di sebuah rumah gadang di Jalan Lubuk Mato Kuciang. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nilai agama dan adat. Ayahnya, Syekh Muhammad Yunus, adalah seorang ulama besar yang wafat saat Rahmah masih kecil. Ia kemudian dibesarkan oleh ibu dan kakak-kakaknya, terutama Zainuddin Labai El-Yunusy—seorang pemikir progresif yang kelak menjadi inspirasi terbesarnya.

Image

MASPRIL ARIES

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

Read Entire Article
Politics | | | |