Rumah Terancam Digusur, Puluhan Warga Eretan Belum Terima Bantuan dari Gubernur

3 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Penataan sungai akan dilakukan pemerintah untuk mengatasi banjir rob yang melanda Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi pun mengucurkan bantuan bagi warga yang tinggal di bantaran sungai itu untuk pindah dan mengontrak rumah.

Bantuan Tidak Terduga (BTT) berupa uang sebesar Rp 10 juta itu diberikan kepada warga di Kantor Kecamatan Kandanghaur, pada Kamis (18/12/25) lalu. Tercatat ada 207 warga yang menerima bantuan tersebut. Gubernur pun saat itu hadir langsung untuk bertemu warga.

Namun, dibalik penyerahan bantuan tersebut, ada kekecewaan yang dialami puluhan warga. Pasalnya, meski tinggal di bantaran sungai Desa Eretan Wetan, namun mereka mengaku tidak menerima bantuan tersebut.

Kondisi itu menimbulkan kekhawatiran mengingat rumah mereka, yang juga berada di bantaran sungai, akan terdampak penggusuran. Pasalnya, penggusuran akan segera dilakukan setelah warga yang tinggal di bantaran sungai menerima bantuan uang tersebut.

Ketua Aliansi Warga Eretan Wetan, Supriyanto mengatakan, ada sekitar 20 rumah warga di bantaran sungai Eretan yang belum memperoleh bantuan relokasi sementara tersebut. “Kurang lebih ada 20 rumah yang belum ter-cover,” ujar Supriyanto, kemarin.

Warga yang belum menerima bantuan itu diduga terlewat saat proses verifikasi. Meskipun sebelumnya mereka telah menyerahkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK), sebagai persyaratan yang diminta oleh pemerintah desa.

Kekhawatiran warga itu bertambah karena tetangga di sisi kanan dan kiri rumah mereka sudah menerima bantuan tersebut. Mereka khawatir rumah mereka akan ikut mengalami penggusuran meski belum menerima bantuan. “Anggapannya kan warga yang ada di bantaran sungai semuanya sudah menerima bantuan. Padahal kenyataannya masih ada yang belum menerima,” kata Supriyanto.

Di sisi lain, Supriyanto menyambut baik kepedulian Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang memberikan solusi nyata bagi warga terdampak banjir rob di desanya. Namun, ia juga berharap agar pemerintah bisa memberi perhatian kepada warga yang hingga kini belum menerima bantuan.

Sementara itu, salah seorang warga yang belum menerima bantuan, Aspiyah, mengaku rumahnya berada di bantaran sungai. Ia pun berharap agar bisa menerima bantuan yang sama seperti tetangganya. “Pak Dedi, saya Aspiyah, minta tolong Pak, saya juga miskin, gak punya suami, punya cucu-cucu saja. Pengen kayak teman-teman yang dapat rekomendasi karena saya juga dekat dengan kali (sungai). Padahal rumah saya sebaris Pak dengan tetangga kanan kiri yang pada dapet, saya gak dapet. Gimana nanti pak?" papar Aspiyah.

Hal senada disampaikan warga lainnya, Subroto. Meski tinggal di bantaran sungai, ia juga mengaku belum menerima bantuan tersebut. Ia khawatir rumahnya akan tergusur, sedangkan ia tidak memiliki kemampuan untuk pindah.

Ia juga mengaku heran karena bengkel las di daerahnya turut menerima bantuan. Sedangkan rumahnya yang jelas-jelas sebagai tempat hunian, malah tidak menerima bantuan. “Kekhawatirannya saya, saat pembangunan tanggul sungai siap, dan kalau rumah saya tergusur, saya harus minta tolong siapa?, ” keluh Subroto.

Sementara itu, Camat Kandanghaur, Rusyad Nurdin menjelaskan, seluruh warga di bantaran sungai yang akan direlokasi sebenarnya telah didata oleh pemerintah desa. Data itu kemudian diberikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk diverifikasi.

“Untuk verifikasinya itu bukan di kami, tapi langsung dari provinsi. Kami akan coba kroscek ulang. Harapannya, kalau memang ada yang terlewat, bisa ada susulan. Tapi kami belum bisa memastikan karena kewenangannya ada di provinsi,” katanya.

Read Entire Article
Politics | | | |