REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Syariat menganjurkan untuk menyembunyikan aib seseorang dan melarang mencari-cari aib orang lain atau mencari-cari kekurangannya untuk disebarkan kepada publik.
Hal ini demi menjaga kehormatannya, mensucikan masyarakat dari kekejian dan cambukan, serta menjaga ikatan kasih sayang di antara kaum Muslimin.
Sayangnya, sebagian orang melanggar pendekatan ini dan berusaha untuk membuka rahasia orang lain dan melacak aib mereka, dan hal ini telah meningkat di zaman kita melalui banyak media dan media sosial.
Kita telah melihat di zaman kita siapa yang bunuh diri karena desas-desus yang tersebar tentang dirinya, atau karena publikasi foto-fotonya. Ironisnya terbukti setelah kematiannya bahwa itu hanyalah kebohongan dan kepalsuan belaka.
Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan merobek tirai seorang Muslim atau menelusuri auratnya untuk mengekspos dan mempermalukannya adalah salah satu dosa besar. Ibnu Ajar mengutip dalil hadits Nabi SAW berikut:
من ستر عورة أخيه المسلم ستر الله عورته يوم القيامة، ومن كشف عورة أخيه المسلم كشف الله عورته حتّى يفضحه بها في بيته
“Barangsiapa yang menutupi aurat saudaranya sesama Muslim, maka Allah akan menutupi auratnya pada hari kiamat, dan barangsiapa yang menyingkap aurat saudaranya sesama Muslim, maka Allah akan menyingkap auratnya hingga dia menyingkapnya di rumahnya sendiri.” (HR Muslim).
BACA JUGA: Muncul di Terowongan Bawah Masjid Al-Aqsa, Netanyahu: Al-Quds akan Tetap Jadi Ibu Kota Abadi Israel
لأنّ كشف العورة، والافتضاح، فيه من الوعيد ما لا يخفى إن إفشاء العيوب سبب لفشوّ الفاحشة، وانتشار الفساد والعداوات
“Karena membuka aurat dan menampakkan aurat adalah hukuman yang tidak diragukan lagi. Pengungkapan aib merupakan sebab tersebarnya kecabulan, kerusakan dan permusuhan,” kata Ibnu Hajar menjelaskan.