Sarkara Madhu: tak Sekadar Berbisnis, Tapi Ingin Menduniakan Madu Asli Pesisir Garut

5 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Berbisnis, tak selamanya dimulai dari sebuah perencanaan. Hal itu, terjadi pada Pemilik Sarkara Madhu pasangan R Vita Kusmawardhani (43) dan Awan Kurniawan (45) yang memulai bisnisnya dari ketidaksengajaan. Keduanya, awalnya bekerja di sebuah perusahaan. Namun, pada 2018 pasangan suami istri ini bertemu dengan seorang produsen madu. Awalnya, mereka membeli madu untuk dikonsumsi sendiri.

Ternyata rasa madu yang mereka beli dari petani tersebut berbeda karena benar-benar diambil langsung dari hutan, jadi rasanya sangat murni dan alami. Vita dan Awan pun, melihat dari madu tersebut ada potensi bisnis yang menjanjikan.

"Awalnya, kami hanya menjual madu ini di sekitar komplek saja. Karena saya juga mengonsumsi, saya bisa bercerita dan merekomendasikannya langsung ke tetangga," ujar Vita kepada Republika.

Tak lama setelah Vita menekuni bisnis madu, ternyata Indonesia dilanda saat pandemi COVID-19. Sehingga, semakin membuka peluang besar bagi usaha madu Vita dan Awan. Saat itu, madu digunakan sebagai alternatif suplemen kesehatan. Meskipun sebelumnya sudah berniat untuk serius, pandemi justru mendorong mereka untuk lebih fokus pada bisnis madunya.

Selama pandemi, kata Vita, penjualan madu Sarkara meningkat pesat, bahkan mereka sempat menjalin kerja sama dengan salah satu dinas pemerintahan untuk menyediakan madu dalam jumlah besar. "Kami bisa memasok hingga 700 botol madu setiap bulan untuk pegawai pemerintahan," kata Vita.

Dengan omzet yang stabil, mereka pun memutuskan untuk fokus mengembangkan usaha ini. "Kami memulai tanpa modal besar, hanya dengan sistem pre-order. Jadi, kalau modal kayaknya nol yaa modalnya. Namun, kami yakin madu ini bisa menjadi kebutuhan sehari-hari bagi banyak orang," katanya.

Vita mengatakan, ia pun mencari informasi mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan merek dagang. Untuk memproduksi madu, ia bekerja sama dengan petani dan pawang madu di Pesisir Garut, tempat madu tersebut dihasilkan. Dengan kualitas yang terjaga karena diproduksi langsung dari alam, Sarkara Madhu mereka memiliki cita rasa yang berbeda-beda, tergantung pada tanaman yang tersedia di sekitar hutan.

Nama Sarkara Madhu dipilih karena memiliki makna yang erat dengan budaya Indonesia, Sarkara sendiri artinya "madu" dalam bahasa Sansekerta. Madu yang mereka jual berasal dari pesisir Garut, karena ingin menjaga keaslian rasa dan kualitas yang khas dari daerah tersebut. "Kami ingin menciptakan produk yang membawa nuansa Indonesia, bahkan kualitas madu yang dihasilkan bisa bersaing di pasar global," kata Vita.

Kini, Sarkara Madhu sudah memiliki empat varian produk unggulan, yaitu madu hutan liar, madu hitam dari pohon mahoni, madu trigona (dari lebah tanpa sengat), dan madu kaliandra (dari bunga kaliandra). Masing-masing varian memiliki rasa dan manfaat yang berbeda. Madu hutan liar, misalnya, tergantung dari tanaman yang ada di alam, sementara madu kaliandra lebih manis dan cocok untuk dikonsumsi sehari-hari.

Vita dan Awan tak hanya berfokus pada keuntungan, tetapi juga berusaha untuk mengedukasi masyarakat mengenai manfaat madu untuk kesehatan. Mereka ingin mengembalikan madu sebagai bagian dari pola hidup sehat yang alami. "Kami ingin membuat madu bukan hanya kebutuhan musiman, tetapi bagian dari gaya hidup yang mendukung kesehatan tubuh," tegas Vita.

Selain itu, mereka juga berambisi untuk membawa produk madu ini ke pasar internasional. Dengan tagline Dari Nusantara untuk Dunia, Vita mengatakan, madu Sarkara Madhu kini sudah tersedia di beberapa negara Asia, seperti Jepang, Malaysia, dan Singapura. "Madu Indonesia sering kali disebut memiliki kualitas tinggi. Bahkan konsumen dari luar negeri mengungkapkan bahwa madu Indonesia lebih alami dan berkualitas," katanya.

Dalam perjalanan bisnisnya, mereka juga mendapat dukungan dari Bank Indonesia (BI) Jabar. Setelah terpilih sebagai UMKM binaan BI pada 2022, Vita mengungkapkan bahwa mereka mendapatkan banyak pengetahuan dalam hal pemasaran, packaging, dan pengembangan produk. "Kami sering diundang untuk mengikuti pameran di berbagai kota, dan mendapatkan banyak kesempatan untuk memperkenalkan produk kami," kata Vita seraya mengatakan, program tersebut juga membantu mereka meningkatkan penjualan dan mengembangkan jaringan bisnis.

Namun, perjalanan mereka tidak tanpa tantangan. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keselamatan kerja bagi para petani dan pawang madu yang bekerja tanpa perlindungan memadai. "Melalui program CSR, kami berusaha memberikan perlindungan dan edukasi kepada mereka agar bisa bekerja lebih aman," katanya.

Sakara Madhu, mengoperasikan produksi dan pengemasan di Komplek Pradha Ciganitri Bojongsoang Kabupaten Bandung, dengan omzet mencapai sekitar Rp30 juta per bulan. Dengan produksi yang masih terbatas, mereka berhasil memenuhi permintaan hingga 2 ton madu per bulan, dengan tim pengemasan yang terdiri dari sekitar 7 orang. Namun, saat permintaan tinggi, ia bisa mempekerjakan belasan orang.

Read Entire Article
Politics | | | |