Segenggam Lada Aceh Ditukar dengan Meriam Turki Utsmani, Begini Ceritanya

1 day ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hubungan Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani telah terjalin lama dan erat. Dalam catatan Malaysia dan Indonesia yang dinarasikan atau ditulis pada masa lalu, ada beberapa versi cerita hubungan Aceh dan Turki Utsmani. Cerita-cerita tersebut secara umum dapat dijumpai dalam tiga naskah penting di antaranya dalam Hikayat Meukuta Alam.

Hikayat Meukuta Alam ditulis dalam Bahasa Aceh dan diedit oleh Tengku Mohammad Sabil pada tahun 1832, cerita ini diterbitkan di Batavia (sekarang Jakarta) dengan judul Hikajat Soeltan Atjeh Marhoem (Soeltan Iskandar Moeda). Disebutkan dalam karya tersebut bahwa pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) Kerajaan Aceh mengirimkan utusan resmi pertamanya ke Kekaisaran Turki Utsmani.

Menurut catatan, Sultan Iskandar Muda membekali utusannya itu dengan sejumlah uang, tiga kapal berisi lada hitam, padi (belum dikuliti) dan beras. Hal itu dilakukan mengingat Turki Utsmani adalah penguasa Islam yang paling besar pada masa itu, dikutip dari buku Turki Utsmani-Indonesia: Relasi dan Korespondensi Berdasarkan Dokumen Turki Utsmani yang ditulis Mahmet Akif Tarzi, Ahmet Ergun dan Mahmet Ali Alacagoz.

Namun dalam perjalanannya, utusan Raja Aceh menemui banyak kesusahan hingga mereka baru tiba di Istanbul, Turki setelah tiga tahun. Keadaan tersebut memaksa utusan Aceh untuk menjual beras dan juga lada bawaan mereka demi memenuhi kebutuhan perjalanan mereka selama tiga tahun.

Sehingga ketika utusan Aceh tiba di hadapan Sultan Turki Utsmani, mereka hanya membawa sicupak lada (segenggam lada). Mereka pun dengan malu-malu menyerahkan lada yang tersisa kepada Sultan Turki Utsmani. Meski demikian, Sultan Turki Utsmani menerima utusan Aceh dengan ramah dan baik.

Sebelum mengirim utusan dari Aceh kembali ke kampung halamannya. Sultan Turki Utsmani menghadiahkan Meriam yang sangat besar, yang ia namakan sendiri dengan lada sicupak. Selain itu diberikan juga 12 petarung tanggung.

Samudera Hindia Medan Persaingan Turki Utsmani dan Portugis

Samudra Hindia jalur laut yang sangat penting karena menjadi rute perdagangan dan transportasi internasional, serta menghubungkan berbagai benua dan wilayah. Jamaah haji dari Asia Tenggara juga berangkat ke Tanah Suci melalui jalur laut Samudra Hindia.

Read Entire Article
Politics | | | |