REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Jurnalis Republika Teguh Firmansyah dari Makkah, Arab Saudi
Jamaah haji terpisah bersama keluarga, pasangan, maupun tenaga pendamping kini perlahan dipersatukan lagi di penginapan yang sama selama di Makkah.
Salah satu yang dipersatukan itu adalah Marisa, jamaah lanjut usia (lansia) asal Bekasi. Ia sempat terpisah bersama pasangan dan teman-temannya. "Senangnya," jawab ibu itu singkat.
Saat tiba di Tanah Suci pada Ahad (10/5/2025) pagi, Marisa ditempatkan di Sektor 5. Sementara pasangan dan teman rombongannya berada di Sektor 6. "Kasihan rasanya kalau terpisah, takut jauh nanti, sekarang ya senang," kata sang suami, Sarimin.
Marisa bukan satu-satunya jamaah haji yang dipersatukan kembali bersama pasangan di hotel sama. Banyak pasangan, keluarga, dan tenaga pendamping yang telah dipertemukan lagi.
Menurut seorang petugas, dipersatukannya kembali pasangan itu untuk merespons surat edaran yang telah dikeluarkan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) PPIH Arab Saudi.
Pihak kloter diminta untuk mendata jamaah yang terpisah disertai dengan data-data syarikah masing-masing. "Daftar itu harus diserahkan ke sektor dan dalam waktu 1X24 jam bisa segera diproses," ujar Ketua PPIH Arab Saudi Muchlis Hanafi.
Belum ada data secara pasti jamaah yang telah dipersatukan. Namun menurut keterangan Ketua Sektor 3 Makkah, Ikbal Ismail, sebelum edaran itu keluar, praktik di lapangan memang sudah banyak pemersatuan pasangan terpisah itu. Alasan kemanusiaan menjadi salah satu yang dijadikan pertimbangan penyatuan tersebut. "Sudah, sudah ada pemersatuan itu," katanya, Senin (19/5/2025).
Muchlis Hanafi pun mengakui hal itu. Namun ia mengingatkan agar mereka yang sudah bersatu untuk tetap berkoordinasi dengan sektor. Ini agar mereka, bisa tetap mendapat pelayanan sama, terutama ketika proses haji di Arafah Muzdalifah dan Mina (Armuzna).
"Karena ini sangat penting agar tidak ada kendala gerakan Makkah ke Arofah, karena pelayanan di Armuzna berbasis syarikah," ujar Muchlis yang juga Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag itu.
Ia meminta seluruh jajarannya agar menunjuk penanggung jawab khusus untuk penggabungan ini di setiap pelayanan. Jamaah bisa terpisah dari pasangan, keluarga maupun tenaga pendamping, dan rombongan terjadi lantaran beda syarikah atau vendor pelayanan haji di Saudi. Masing-masing syarikah mengelola pelayanan di hotel-hotel yang berbeda-beda.
Lantas mengapa bisa beda Syarikah? Hal itu kemungkinan bisa terjadi ketika proses pemvisaan.
Saat proses itu, jamaah yang terpisah, masa penerbitan visa berbeda dengan pasangan atau rombongannya. Akibatnya mereka punya syarikah berbeda. Pun halnya dengan nusuk, izin berhaji, yang dikeluarkan oleh Arab Saudi. Syarikah punya tanggung jawab mendistribuskan kartu nusuk langsung ke jamaah.
Sampai saat ini belum ada data pasti berapa pasangan jamaah yang terpisah dan berapa yang sudah disatukan Kembali. Namun menurut Muchlis potensi keterpisahan jamaah da 2.500 orang atau sekitar 1.250 pasangan. "Sebagian memang sudah ada yang penggabungan secara alami," ujar Muchlis.