REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fitriyanto
Di balik gegap gempita SEA Games 2025, di antara ratusan medali yang dikalungkan untuk Indonesia, terselip kisah sunyi tentang keteguhan seorang perempuan. Ia duduk berjam-jam di depan papan catur, menahan mual, lelah, dan cemas—bukan hanya demi kemenangan, tetapi juga demi kehidupan yang tengah tumbuh di rahimnya. Nama atlet itu Medina Warda Aulia.
Indonesia menutup SEA Games 2025 dengan raihan 334 medali—91 emas, 112 perak, dan 131 perunggu—serta finis di peringkat kedua di bawah tuan rumah Thailand. Dari ratusan medali itu, tiga di antaranya lahir dari tangan Medina.
Satu emas, satu perak, dan satu perunggu Medina persembahkan dari cabang catur. Namun bukan jumlah medalinya yang membuat kisah ini istimewa, melainkan kondisi saat prestasi itu diraih, Medina bertanding dalam kehamilan tujuh bulan, mengandung anak pertamanya.
Medali emas diraih Medina dari nomor ASEAN Chess Rapid Women Quadruple, perak dari FIDE Chess Rapid Women Double, serta perunggu dari Makruk Chess Classic Mixed Quintuples. Di atas papan hitam-putih, ia tetap tenang, presisi, dan penuh perhitungan. Di balik itu, tubuhnya sedang berjuang dengan perubahan besar sebagai calon ibu.
“Pelatnas SEA Games 2025 untuk catur sebenarnya sudah mulai Desember 2024, lalu sempat dihentikan Februari 2025 karena efisiensi,” tutur Medina kepada Republika.co.id Senin (22/12)2025).
Saat itu, ia belum mengetahui kehamilannya. Pelatnas kembali berjalan singkat, berlanjut ke pra-SEA Games ketika usia kehamilannya baru empat pekan, lalu kembali terhenti.
Baru pada September 2025, pelatnas kembali berjalan efektif. Saat itu, usia kandungan Medina sudah memasuki 16 pekan. “Sekarang saya hamil 30 pekan atau tujuh bulan,” ujarnya.
Berbeda dengan cabang-cabang unggulan yang menjalani pelatnas terpusat, catur menuntut kemandirian lebih. Medina harus pulang-pergi dari Condet ke Bekasi untuk berlatih setiap hari di Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA).
“Tidak ada kendala besar, hanya capeknya lebih terasa karena nyetir sendiri,” katanya.
Dalam perjuangan itu, ia tidak sepenuhnya sendiri. Rekan-rekan di tim catur pelatnas menjadi penopang penting. Dari membantu membawa barang, mengurus keperluan kecil, hingga membelikan kelapa muda saat di SEA Games.
“Hal-hal sederhana, tapi sangat membantu,” ujarnya.
Soal konsumsi, Medina tidak menuntut banyak. “Yang penting makan cukup. Kalau ingin sesuatu, biasanya titip teman atau pesan online,” katanya.
Tantangan terberat justru datang saat perjalanan udara. “Masih suka mual kalau turbulensi dan saat landing. Terkadang sebelum tanding juga agak mual. Tapi begitu fokus ke papan, rasanya hilang.”
Tidak ada perlakuan khusus berlebihan dari pimpinan kontingen. Medina hanya memastikan semua vitamin dan obat yang dikonsumsinya telah dikonsultasikan ke dokter dan dinyatakan aman dari sisi antidoping.
“Itu saja,” katanya singkat.
Duduk lama di depan papan catur dalam kondisi hamil tentu bukan perkara mudah. Namun bagi Medina, itu bukan hal baru.
“Sudah biasa saat latihan dan nyetir. Di SEA Games juga hanya satu nomor catur standar, sisanya catur cepat, jadi relatif aman,” ujarnya.
Medali emas SEA Games kini bernilai bonus hingga Rp 1 miliar. Bagi Medina, kabar itu membawa rasa syukur tersendiri.
“Bonus naik berarti kesejahteraan atlet meningkat. Itu juga jadi motivasi besar atlet-atlet kemarin,” katanya. Bonus tersebut rencananya akan dialokasikan untuk investasi dan tabungan pendidikan sang anak.

3 hours ago
6













































