REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Universitas Islam Bandung (Unisba) menyelenggarakan High Level Meeting bertajuk “Harapan Stakeholders Terhadap Unisba”, secara hybrid di Ruang Rapat Gedung LPPM Unisba dan melalui platform Zoom Meeting, belum lama ini. Kegiatan ini, sebagai bagian dari proses penyusunan Rencana Strategis (Renstra) 2025–2029 dengan melibatkan semua stakeholder.
Menurut Wakil Rektor II Unisba, Prof Dr Atih Rohaeti Dariah, S.E., M.Si., penyusunan Renstra 2025–2029 melibatkan evaluasi menyeluruh terhadap capaian Renstra 2021–2025 serta penelaahan Rencana Induk Pengembangan (RIP) 2017–2033.
"Selain itu, momentum pergantian kepemimpinan rektor turut menjadi faktor penting dalam penyusunan strategi ke depan," ujar Prof Atih, Ahad (8/6/2025).
Prof Atih mengatakan, tahap ini merupakan fase ketiga dalam roadmap RIP. Yakni, tahap pencapaian reputasi melalui prestasi akademik dan non-akademik yang berlandaskan nilai-nilai Islam secara berkelanjutan. “Strategi yang dirumuskan adalah Transformasi Unisba yang Berdampak dan Berkelanjutan, dengan fokus pada penguatan tata kelola, adaptasi, inovasi, dan nilai-nilai Islam,” katanya.
Selain itu, kata dia, strategi besar ini diperkuat oleh visi kepemimpinan Rektor baru dengan tagline “IMAN” (Islamic Spirit, Maintaining Sustainability, Adaptability, National & Global Excellence). Strategi ini dikembangkan melalui analisis TOWS yang mencakup kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, dengan muatan yang menyesuaikan dinamika sosial-ekonomi nasional dan global.
Sementara Rektor Unisba Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H, dalam pidatonya menegaskan pentingnya Renstra sebagai dokumen perencanaan utama yang menentukan arah dan tujuan institusi. “Renstra menjadi dasar pijakan dalam menjalankan kegiatan, mengalokasikan sumber daya, serta menjadi alat pengawasan dan evaluasi organisasi,” katanya.
Prof Edi mengatakan, dokumen ini tidak hanya penting untuk mencapai visi dan misi, tetapi juga sebagai sarana komunikasi antara Unisba dan para stakeholder. “Renstra ini harus betul-betul dijalankan agar visi dan misi Unisba dapat terwujud. Kita tidak boleh membuat kebijakan berdasarkan ambisi pribadi tanpa landasan yang kuat,” katanya.
Direktur Belmawa Kemendikbudristek, Dr Berry Juliandi, S.Si., M.Si., selaku keynote speaker, mengapresiasi forum ini sebagai langkah awal membangun kampus yang berdampak. “Saya mengajak Unisba menjadikan forum ini sebagai tonggak kolaborasi yang lebih erat dan terarah. Mari wujudkan kampus berdampak, tidak hanya bagi mahasiswa, tapi juga bagi masyarakat dan bangsa,” katanya.
Berry pun menekankan pentingnya keselarasan antara arah kebijakan Unisba dan kebutuhan masyarakat serta industri, sembari mempertahankan identitas Unisba sebagai kampus yang berlandaskan nilai-nilai Islam.
Forum ini menjadi wadah untuk menjaring masukan dari stakeholder guna mempertajam substansi Renstra, merumuskan indikator kinerja utama dan tambahan (IKU dan IKP), serta menyusun program konkret selama empat tahun ke depan. Prof. Atih menegaskan pentingnya peran para dekan dan pimpinan fakultas dalam mengerucutkan program-program tersebut ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran tahun 2025.
“Renstra bukan sekadar dokumen, tetapi arah gerak bersama seluruh sivitas akademika Unisba. Diharapkan melalui masukan para stakeholder, dokumen ini menjadi semakin tajam, relevan, dan implementatif,” katanya.