Sutradara Hanung Bramantyo Luncurkan Film 'Gowok' di Yogyakarta

1 day ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sutradara Hanung Bramantyo meluncurkan film terbarunya berjudul Gowok 'Kamasutra Jawa' di Yogyakarta, Ahad (1/6/2025). Dalam film ini ada tiga hal yang secara garis besar ingin dibahas Hanung yakni tentang seksualitas, kekuasaan, dan tragedi 1965.

Film Gowok 'Kamasutra Jawa' mengisahkan tentang profesi seorang perempuan yang mengajarkan anak laki-laki perjaka untuk menjadi dewasa. Profesi tersebut cukup dikenal di tanah Jawa.

Berlatar belakang sebuah desa di daerah Bumirejo, Jawa Tengah, Hanung mencoba mengenalkan apa itu profesi Gowok serta peranan perempuan sebagai pendidik pria menjadi Lelananging Jagat.

Meskipun dipandang sebelah mata karena profesi gowok hanya memiliki tanggung jawab untuk melayani laki-laki, Hanung juga memberi pesan bahwa perempuan juga memiliki peran untuk membangun negaranya.

Hal ini tampak ketika pemeran Gowok bernama Ratri memberi sebagian pendapatan dari hasil 'menggowok'-nya untuk membangun sekolah perempuan. Proses perjuangan Ratri pun dikemas apik karena memperlihatkan bagaimana perempuan mendapatkan hak di tengah dominasi pria saat peristiwa 30 September 1965 atau G30S/PKI.

Hanung mengatakan bahwa film Gowok merupakan film yang mengangkat tentang bagaimana perempuan memiliki hak untuk terpuaskan, dalam konteks tidak hanya secara seksual, tetapi juga terpuaskan hak-haknya untuk maju dan berkembang.

“Saya memang ingin menunjukkan bahwa seharusnya laki-laki memuaskan perempuan,” ujar Hanung di sela special screening Gowok yang dilaksanakan di Empire XXI, Ahad.

Film Gowok dibintangi oleh Reza Rahadian, Raihaanun, Lola Amaria, Ali Fikry, Nayla Purnama, Alika Jantinia, Djenar Maesa Ayu, dan Slamet Rahardjo. Film tersebut secara resmi tayang di bioskop secara nasional pada tanggal 5 Juni 2026.

Hanung menyampaikan melalui film Gowok ini dirinya juga ingin mematahkan pandangan masyarakat luas selama ini tentang kewajiban perempuan yang harus memuaskan laki-laki. Sutradara kelahiran 1 Oktober 1975 itu ingin menegaskan lewat Gowok bahwa perempuan punya hak untuk dipuaskan.

“Dalam budaya Jawa bahwa laki-laki harus men-treat perempuan agar orgasme dulu, sebelum laki-laki," kata Hanung.

Adapun film Gowok juga diangkat melalui novel karya Budi Sardjono berjudul Nyai Gowok. Hadir dalam special screening tersebut, Budi menyampaikan bahwa kisah Nyai Gowok dibuat dari pengembangan budaya Jawa.

Budi menceritakan, Gowok mengajak agar laki-laki bisa tahu mengetahui seluk beluk wanita. Sekaligus menunjukkan proses bagaimana seorang anak laki-laki berubah menjadi seorang pria dewasa.

“Gowok adalah tentang bagaimana laki-laki bisa memahami wanita," kata Budi.

Walaupun filim ini mengangkat cerita tentang Gowok yang benar-benar ada pada masa lalu, Hanung mengatakan, film ini tidak bisa menjadi literatur sejarah.

Film, kata Hanung, hanya memberikan wacana yang masih sekunder dan memantik masyarakat membicarakan ini sehingga menimbulkan penelitian-penelitian yang lebih mendalam.

"Film tempat untuk entertainment. Jangan berharap sejarahnya. Kalau mau sejarahnya, pergi ke perpustakaan, bukan ke gedung bioskop," terang dia.

Read Entire Article
Politics | | | |