REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Rencana tarif menyeluruh yang diusulkan mantan Presiden Donald Trump diperkirakan akan memangkas defisit Amerika Serikat sebesar 2,8 triliun dolar AS dalam periode 10 tahun. Namun, kebijakan ini juga diperkirakan akan menyusutkan ekonomi, meningkatkan laju inflasi, dan menurunkan daya beli rumah tangga secara keseluruhan, menurut analisis Kantor Anggaran Kongres (Congressional Budget Office/CBO) yang dirilis Rabu (5/6/2025).
Temuan tersebut diungkapkan dalam surat yang dikirim kepada pimpinan Kongres dari Partai Demokrat, yang merinci dampak rencana tarif Trump terhadap rumah tangga Amerika. CBO memperkirakan bahwa konsumen AS akan membeli lebih sedikit barang dari negara-negara yang terkena tarif tambahan. Kebijakan tarif ini juga diperkirakan akan menaikkan laju inflasi tahunan rata-rata sebesar 0,4 poin persentase pada 2025 dan 2026.
CBO mengasumsikan bahwa tarif, yang diumumkan melalui perintah eksekutif antara Januari hingga Mei 2025, akan diberlakukan secara permanen. Meski begitu, kebijakan ini menghadapi tantangan hukum. Setelah analisis dilakukan, pengadilan federal membatalkan tarif besar yang diberlakukan Trump dengan dasar undang-undang kewenangan darurat. Namun, pengadilan banding mengizinkan pemerintah tetap memungut tarif tersebut selama proses banding berjalan.
Estimasi CBO sebagian besar mengonfirmasi prediksi model ekonomi lainnya pengurangan defisit senilai 2,8 triliun dolar AS akan diiringi dengan berkurangnya kekayaan rumah tangga secara keseluruhan. Selain itu, tarif akan menekan produk domestik bruto (PDB) dengan penurunan sekitar 0,06 poin persentase per tahun.
Laporan Anggaran Penn-Wharton pada April lalu memperkirakan tarif yang diusulkan Trump akan mengurangi PDB jangka panjang hingga 6 persen dan menekan upah sebesar 5 persen.
CBO memberikan catatan penting bahwa estimasi tersebut masih menyimpan ketidakpastian besar, terutama karena pemerintah bisa sewaktu-waktu mengubah kebijakan tarif yang diberlakukan.
Trump sendiri kerap mengumumkan perubahan atau penundaan tarif melalui platform media sosialnya. Pada April, ia menyatakan akan menangguhkan sebagian besar tarif selama 90 hari dan menaikkan tarif atas impor dari China hingga 125 persen.
Dilansir dari laman The Associated Press, pekan lalu Trump juga mengumumkan rencana untuk menaikkan tarif baja dan aluminium hingga 50 persen. Langkah ini diperkirakan akan menekan dunia usaha dan mendorong harga lebih tinggi bagi konsumen. Tarif 50 persen ini mulai berlaku pada Rabu (5/6/2025).
Sementara itu, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) pada Selasa (4/6/2025) memprediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan melambat menjadi hanya 1,5 persen pada 2026.
Gedung Putih belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari kantor berita Associated Press.