Tekan Angka Stunting di Jabar, Konsumsi Daun Kelor Dinilai Efektif Jadi Solusi

10 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) terus gencar berupaya menurunkan angka stunting. Karena, berdasarkan laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 tercatat prevalensi stunting Jabar mencapai 21,7 persen, lebih tinggi dari angka nasional yang berada di 21,5 persen.

Bahkan, angka tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Yakni, menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 berada di angka 20,2 persen. Kabupaten Bandung menjadi daerah dengan angka stunting tertinggi di Jabar, yakni mencapai 29,2 persen.

Untuk menurunkan stuntung tersebut, sebenarnya ada cara yang lebih mudah. Yaitu, dengan mengonsumsi daun kelor yang berdasarkan penelitia dinilai sebagai Superfood. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha dr Theresia Monica Rahardjo mengatakan, dalam 20 gram daun kelor, terkandung berbagai zat penting seperti vitamin A, B2, B6, C, zat besi, dan magnesium yang esensial untuk tumbuh kembang anak serta kesehatan ibu hamil.

“Daun kelor merupakan bagian terbaik dari pohon kelor karena kandungan nutrisinya sangat lengkap. Daun ini mengandung protein, serat, asam amino, serta berbagai vitamin dan mineral yang kaya akan antioksidan. Manfaatnya sangat luas, mulai dari mencukupi gizi sejak dalam kandungan, masa balita, remaja, hingga ibu hamil. Singkatnya, daun kelor dapat dikonsumsi dan bermanfaat untuk semua usia,” ujar Dokmo sapaan akrabnya dalam seminar bertajuk “Menuju Indonesia Bebas Stunting Dengan Daun Kelor” yang diselenggarakan oleh Forum Jurnalis Jawa Barat (FJJB) pada akhir pekan ini di Bosccha Café, Bandung.

Dokmo juga menjelaskan, di Klinik Utama Permata Hati miliknya, baru saja menyelesaikan sebuah penelitian, datanya sedang dalam proses pengolahan. "Penelitian ini fokus pada ibu hamil, khususnya trimester pertama yang sering mengalami mual dan muntah, sehingga asupan gizinya menurun," katanya.

"Kami membuat sebuah produk bernama Chiarezza, yang merupakan kombinasi ekstrak daun kelor, jahe, dan temulawak. Hasil awal menunjukkan bahwa produk ini dapat mengurangi bahkan menghilangkan mual muntah, sekaligus meningkatkan asupan nutrisi ibu hamil. Penelitian ini melibatkan 190 responden (95 kelompok kontrol dan 95 kelompok intervensi), dan akan segera diterbitkan di jurnal ilmiah terakreditasi," katanya.

Sementara itu, menurut dr Riadi Darwis memaparkan, di masyarakat Sunda, daun kelor sudah lama dimanfaatkan dalam berbagai bentuk, seperti lalapan, sayur bening hingga obat tradisional (seperti balur dengan minyak kelapa).

"Menurut catatan sejarah, daun kelor sudah dikenal sejak masa Kerajaan Sumedang Larang, digunakan sebagai lauk pendamping nasi oleh masyarakat tani. Ini menunjukkan bahwa konsumsi daun kelor bukanlah hal baru, tapi bagian dari kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun," katanya.

Manajer Hubungan Eksternal Bio Farma, Yuni Miyansari juga menyoroti pentingnya edukasi gizi sejak dini, bahkan sebelum kehamilan dimulai. “Stunting bukan hanya berdampak pada tinggi badan, tapi juga kecerdasan anak. Maka, gizi ibu harus dipersiapkan sejak dini,” kata Yuni.

Read Entire Article
Politics | | | |