iStockDulu, dokter hanya melihat kanker kolorektal pada orang lanjut usia. Namun kini, semakin banyak orang dewasa di bawah usia 50 tahun yang didiagnosis menderita penyakit ini, terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat.
Para ilmuwan belum sepenuhnya memahami mengapa hal ini terjadi, tetapi sebuah studi baru dari Massachusetts General Brigham memberikan petunjuk penting.
Studi ini, yang merupakan bagian dari tim Cancer Grand Challenges PROSPECT, menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara makanan ultra-olahan dan kanker kolorektal dini.
Makanan ultra-olahan adalah makanan kemasan siap saji yang seringkali mengandung kadar gula, garam, lemak tidak sehat, dan zat aditif buatan yang tinggi.
Makanan-makanan ini termasuk keripik, soda, makanan beku, sereal manis, mi instan, dan banyak makanan ringan lainnya.
Selama bertahun-tahun, orang-orang semakin banyak mengonsumsi makanan ini, dan peningkatan konsumsi ini sejalan dengan peningkatan jumlah orang muda yang didiagnosis menderita kanker kolorektal.
Untuk mengetahui apakah keduanya saling terkait, para peneliti meninjau informasi dari Nurses’ Health Study II, yang mengamati perawat wanita kelahiran antara tahun 1947 dan 1964.
Kelompok ini diketahui berisiko lebih tinggi terkena kanker kolorektal di usia yang lebih muda.
Studi ini melibatkan 29.105 wanita yang telah menjalani setidaknya dua endoskopi bagian bawah—prosedur yang digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker usus besar—sebelum berusia 50 tahun.
Para wanita juga mengisi survei makanan setiap empat tahun selama 24 tahun, yang memungkinkan para peneliti memperkirakan berapa banyak makanan ultra-olahan yang mereka konsumsi.
Rata-rata, para wanita mengonsumsi sekitar 5,7 porsi makanan ultra-olahan setiap hari, yang merupakan sekitar 35% dari total kalori mereka.
Angka ini sedikit lebih rendah dari rata-rata nasional AS. Setelah melihat hasil endoskopi mereka, para peneliti menemukan bahwa 2.787 wanita telah mengembangkan polip usus besar, yaitu pertumbuhan kecil yang terkadang dapat berubah menjadi kanker.
Temuan utamanya adalah wanita yang paling banyak mengonsumsi makanan ultra-olahan—sekitar 10 porsi sehari— memiliki risiko 45% lebih tinggi terkena jenis polip usus besar yang disebut adenoma konvensional. Jenis polip ini sangat terkait dengan kanker kolorektal dini.
Sebaliknya, wanita yang hanya mengonsumsi sekitar tiga porsi sehari memiliki risiko terendah.
Menariknya, penelitian ini tidak menemukan hubungan antara asupan makanan ultra-olahan dan jenis polip lain yang disebut lesi bergerigi, yang cenderung tumbuh lebih lambat dan kurang terkait dengan kasus kanker usus besar dini.
Salah satu kekuatan penelitian ini adalah para peneliti juga mengamati faktor risiko lain yang diketahui untuk kanker usus besar, seperti berat badan, diabetes, dan asupan serat.
Bahkan setelah mempertimbangkan faktor-faktor ini, hubungan antara makanan ultra-olahan dan adenoma tetap kuat.
Dr. Andrew Chan, peneliti utama, mengatakan bahwa mengurangi konsumsi makanan ultra-olahan mungkin merupakan cara yang bermanfaat untuk mengurangi risiko kanker kolorektal dini.
Namun, ia juga mencatat bahwa pola makan saja tidak menjelaskan gambaran keseluruhan.
Beberapa anak muda penderita kanker usus besar mengonsumsi makanan yang sangat sehat, sehingga para ilmuwan masih berupaya memahami faktor-faktor lain yang mungkin berperan.
Tim ini kini sedang berupaya mengidentifikasi jenis makanan ultra-olahan mana yang mungkin lebih berbahaya daripada yang lain dan mencari kemungkinan penyebab lain di balik peningkatan kasus kanker usus besar di kalangan dewasa muda.
Tujuan mereka adalah untuk lebih memahami dan menghentikan tren yang mengkhawatirkan ini.
Studi ini dipublikasikan di JAMA Oncology.

2 hours ago
2







































