Tersesat dalam Pikiran Sendiri: Bagaimana Negative Thinking Dapat Mengendalikan Perilaku?

6 hours ago 4

Image Sofiana Wahyu Nurjannah

Gaya Hidup | 2025-11-02 00:09:59

Mahasiswa yang Berfikir Positif dan Berkomunikasi Efektif Halaman all -  Kompasiana.com

Setiap manusia memiliki dua cara pandang untuk berpikir, yaitu dari sisi positif maupun sisi negatif. Orang dengan pola pikir negatif akan memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang merugikan. Tak banyak yang tahu bahwa berpikir negatif dapat membuat seseorang akan semakin terpuruk dalam imajinasinya sendiri. Pola pikir yang negatif akan menghambat diri dalam berkembang, menurunkan semangat dalam mencapai tujuan hidup dan kecenderungan kualitas hidup yang memburuk.

Berpikir negatif seringkali dikaitkan dengan adanya trauma atau gangguan pada masa lalu atau masa kecil yang berdampak hingga sekarang. Di sisi lain, lingkungan keluarga yang tidak mendukung juga akan mempengaruhi bahkan dapat memperburuk kondisi ini. Pada kebanyakan kasus, negative thingking ini sering dialami oleh remaja yang sedang dalam fase peralihan menuju dewasa. Di mana pada fase ini sedang terjadi perubahan fisik, hormonal, psikologis dan mental yang memberikan pengaruh dalam pola pikir.

Bagaimana negative thinking dapat terjadi?

Pasaribu (2024) menyatakan bahwa, negative thinking atau pemikiran negatif adalah pola berpikir yang cenderung fokus pada aspek buruk atau pesimis dari suatu situasi. Pikiran negatif dapat memengaruhi cara kita memandang diri sendiri, orang lain, dan situasi di sekitar kita. Selain itu, pikiran dan keyakinan yang dilandasi pemisisme dapat berdampak negatif terhadap emosi, perasaan dan kesehatan mental. Padahal pikiran negatif itu tidak selalu benar dan kebanyakan hanya asumsi semata. Dampak dari negative thingking ini termasuk susah diselesaikan apabila tidak adanya kesadaran dalam pribadi kita.

Negative thinking bisa muncul begitu saja tanpa mengenal waktu. Jika kita sedang memikirkan hal kecil tentang diri sendiri dan membayangkannya menjadi kemungkinan besar yang mengarah ke hal buruk sampai mengganggu diri sendiri selama berhari-hari, maka kalian terindikasi negative thinking. Hal itu dapat terjadi karena dihantui oleh perasaan takut akan masa depan yang suram, kegagalan, dan kenyataan yang akan datang. Penyebab lain dari berpikiran negatif adalah adanya riwayat depresi, gangguan kecemasan, gangguan obsesif kompulsif (OCD) dan schizophrenia (gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir).

Lantas apa hubungan negative thinking dengan pola perilaku kita?

Biasanya pemikiran akan sejalan dengan perilaku, pikiran negatif tentunya akan membuat diri memberikan afirmasi negatif kepada diri sendiri dan orang lain. Wicaksono (2023) mengatakan, antara pikiran, perkataan, dan perbuatan memiliki hubungan yang erat dalam pembentukan karakter. Efek dari kuatnya pola pikir akan mempengaruhi cara kita dalam bertingkah laku. Wajar apabila setiap orang pernah mempunyai pikiran negatif. Namun, apabila terlalu berlebihan akan menimbulkan dampak yang lebih buruk bagi kesehatan. Kalian dapat memahami dan menangani permasalahan ini lebih lanjut dengan mengenali dampak negative thinking pada pola perilaku:

1. Pengambilan Keputusan

Negative thinking memengaruhi proses pengambilan keputusan, sesorang yang berpikiran negatif cenderung akan mengambil keputusan yang impulsif, tidak seimbang, mengarah kedalam keputusan negatif dan merugikan. Sebagai contoh, ketika seseorang merasa tidak dihargai dalam suatu forum diskusi, maka seseorang itu akan menunjukkan sifat yang agresif atau marah yang tidak berdasar hanya karena suara atau sarannya tidak dihiraukan. Padahal, dalam pengambilan keputusan di sebuah forum, suara yang terbanyak dan terbaik ialah yang di pilih. Salah satu solusi mengatasi hal ini adalah dengan relaksasi atau meditasi dan refleksi diri untuk mengurangi stres berlebih serta meningkatkan kesadaran pada diri.

2. Motivasi

Negative thinking membuat seseorang kehilangan motivasi dan semangat dalam mencapai tujuan atau melanjutkan kehidupan. Misalnya, seseorang berpikir berlebihan terhadap pandangan orang lain kepadanya, yang membuat diri tidak produktif dan sering menunda-nunda pekerjaan. Padahal, pandangan orang lain tidak memiliki hubungan dengan apa yang akan kita lakukan, justru kita seharusnya melakukan apa yang terbaik untuk diri kita bukan yang terbaik untuk orang lain. Masalah ini dapat diatasi dengan cara membangun kepercayaan terhadap diri sendiri, mulai bersikap acuh terhadap orang-orang yang merugikan, sering melakukan refleksi diri, barulah mengembangkan keterampilan dan kemampuan untuk meningkatkan motivasi.

3. Menimbun Pikiran Negatif sama dengan Menimbun Racun dalam Tubuh

Berpikiran negatif akan menciptakan racun dalam tubuh yang berpengaruh buruk pada kesehatan. Depresi, trauma, kekhawatiran, stres, frustasi, kesepian dan hilangnya kepercayaan membuat tubuh menciptakan peluang besar terkena penyakit mental. Dalam banyak kasus, negative thingking ini dapat membuat seseorang dengan mudah merasa ingin bunuh diri hanya karena masalah sepele. Kita dapat melihat kebelakang untuk memotivasi diri kita bahwa banyak orang di luaran sana yang bekerja keras hanya demi sesuap nasi. Namun, mereka tidak pernah mengeluh hanya karena masalah sepele. Afirmasilah pikiran dengan hal-hal yang positif dan produktif agar mengurangi dampak akan hal tersebut. Akan tetapi, jika hal ini masih terus mengakar dalam pikiran, sebaiknya kalian mencari bantuan kepada psikolog atau terapis untuk meminimalisir dampak dari negative thinking.

4. Interaksi Sosial yang Terhambat

Seseorang dengan negative thinking memiliki kecenderungan individualisme, kesepian dan konflik batin dengan orang lain karena merasa orang lain tidak dapat mengerti tentang dirinya. Hal tersebut akan berdampak pada interaksi sosial dalam kehidupan. Kemungkinan yang akan terjadi adalah mereka menghindar dari situasi yang dianggap menakutkan atau tidak nyaman (stuck safe zone), menarik diri dari interaksi sosial karena merasa tidak percaya diri, menjadi pribadi yang individualis dan tidak percaya dengan orang lain. Temukan dan kenali pikiran negatif ini kemudian secara perlahan, tahap demi tahap ganti dengan pikiran dan afirmasi yang positif.

5. Menurunnya Kualitas Hidup

Seseorang dengan gangguan negative thinking akan selalu mengutamakan pikiran negatif daripada pikiran posistif. Padahal banyak hal yang dapat dilakukan dan lebih bermanfaat daripada negative thinking tersebut. Akan tetapi, seseorang itu tidak akan memedulikannya, ini bisa membuat kualitas hidup menurun karena orang tersebut menghabiskan waktu hanya untuk berperang melawan pemikirannya sendiri. Solusinya adalah dengan meyakini diri bahwa negative thinking belum tentu benar dan hanya berupa asumsi tidak berdasar. Jadi, pertimbangkan segala sesuatu dengan matang agar tidak terjerumus dalam negative thinking yang merugikan kualitas hidup.

Bisakah secara instan mengubah negative thinking menjadi positive thinking?

Tidak bisa secara instan, karena mengubah kebiasaan ini memerlukan waktu dan latihan secara konsisten. Meskipun begitu, kita dapat memulai dengan cara memberikan afirmasi positif kepada diri kita, seperti mengganti kata “aku tidak bisa” menjadi “aku tidak akan tahu jika belum dicoba”. Selalu latih rasa syukur disetiap harinya, tantang pikiran negatif dan ganti dengan pikiran yang positif.

Walaupun mengubah kebiasaan negative thinking cukup sulit untuk dilakukan sendiri, kalian bisa melaluinya dengan usaha yang konsisten serta tidak lupa juga menjalin hubungan yang baik dan posistif dengan keluarga dan teman. Shirley MacLaine pernah berkata, berkutat pada hal-hal negatif hanya akan menambah kekuatannya. Maka, suatu hal besar bisa dengan mudah menjadi kecil asalkan dilakukan dengan sabar dan percaya kepada kemampuan diri dan hal besar bisa menjadi kecil jika kita fokus pada proses bukan pada hasil.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |