Tidak Berdasar: Saat Ketua PBNU Wajib Membela Tambang dengan Segala Argumentasinya

5 hours ago 4

Image Elias Yahya

Politik | 2025-06-19 14:10:27

Baru-baru ini Ulil Abshar seorang Ketua PBNU keponakan Pak Yahya membuat kontroversi di sebuah acara Kompas TV yang dibawakan oleh Rosi, mantan pendiri Jaringan Islam Liberal ini mendepat Iqbal seorang aktivis lingkungan dari Greenpeace yang menolak penambangan nikel di Pulau Kecil Raja Ampat.

Sumber Gambar : Wikipedia

Ulil yang notabene menjadi Ketua PBNU ini membuat pernyataan yang nylekit dengan menyebut Iqbal Danamik dan teman-teman pecinta lingkungan dengan sebutan Wahabi Lingkungan.

Dengan percaya diri Ulil menyerang Iqbal Danamik dengan mengatakan kolot dan tidak mau menerima kenyataan bahwa menambang kekayaan alam adalah salah satu cara mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia dan tentu membawa kemaslahatan.

Pernyataan Ulil Abshar Abdallah tak jauh berbeda dengan pernyataan Bahlil Lahadalia tentang tambang dengan perkataan ‘jangan kufur nikmat’.

Saya sebagai manusia biasa, umat Islam yang menjadi warga negara Indonesia, hidup berpijak di bumi nusantara, bagi saya mencintai tanah air adalah hal yang wajib bagi warga negara, perlu diketahui bahwa, Indonesia adalah negara maritim terbesar, bukan hanya se-Asia tapi bahkan menjadi negara kepulauan terbesar seluruh dunia.

Mungkin cara mencintai Indonesia berbeda-beda, ada yang seperti Greenpeace dan ada yang seperti Ulil Abshar Abdallah. Tapi kali ini saya lebih condong kepada pemikiran Iqbal Damanik ketimbang Ulil, menurut saya Ulil banyak melakukan pernyataan Blunder dan kurang berdasar,

Allah berfirman dalam An Nahl Ayat 14 yang berbunyi :

وَهُوَ الَّذِيْ سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوْا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَاۚ وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”

Ini seharusnya bisa digunakan Ulil maupun Bahlil sebagai dalil pasti untuk menyerang Wahabi Lingkungan yang kufur nikmat. Tapi sayang mereka tidak menggunakan ini karena wahabi lingkungan yang mereka maksud mendukung ekspolitasi laut dengan cara berlayar mencari ikan, kerang dan perhiasan laut.

Gus, tentu sebagai Ketua PBNU dan Pentolan JIL sampean sudah nglontok dalil dan banyak hadist nabi, Allah Swt memperingatkan manusia untuk selalu menjaga alam, ini tertuang dalam Surat Al-A’raf Ayat 56 yang berbunyi :

وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Ayat diatas adalah peringatan bagi Manusia untuk menjaga alam yang telah Allah titipkan, termasuk hutan dan ekosistem di dalamnya, dan Allah akan memberikan Rahmat kepada mereka yang menjaganya,tentu saya tidak menafikkan bahwa Nadhatul Ulama mempunyai peran besar menjaga keseimbangan alam dan ekosistem hutan, salah satunya adalah penolakan Gus Dur terhadap pembangunan PLTN Jepara, Gus Dur menganggap Industri Ekstraktif ini merugikan lingkungan.

Seharusnya Ulil Abshar tidak terburu-buru menyebut para aktivis lingkungan dengan sebutan Wahabi, padahal tentu sangat berbeda antara kolot dan menjaga alam, Wahabi itu kolot dalam hal tradisi Islam, tidak mau menerima hal-hal baru, tetapi menjaga lingkungan dan ekosistem itu wajib hukumnya bagi umat manusia, demi keberlangsungan hidup hewan, tumbuhan dan manusia itu sendiri.

Sebagai negara maritim potensi ekonomi yang kita dapatkan dari sektor laut dan perikanan ini sangatlah banyak tanpa takut bangkrut karena tidak menambang yang aktivitas tambang itu membahayakan alam, laut dan ekosistem hutan. mengingat Indonesia adalah negara kelautan terbesar di dunia, saran saya salah satu upaya yang harus dilakukan di pulau-pulau kecil dan indah adalah Desetraliasasi mandiri ataupun Desentralisasi kelautan.

Contoh desentralisasi yang menjadi progam pemerintah adalah desa wisata, disitu masyarakat bisa mengelola kekayaan laut secara Bersama-sama, desentralisasi memudahkan pengelolaan kelautan atau perikanan untuk dapat dikembangkan potensi wisatanya. Desa wisata dikelola oleh PemDes dengan melibatkan warganya. Prinsip Desentralisasi desa adalah dari warga untuk warga, ini jika benar-benar dilakukan mungkin bisa lebih merata dan tidak merusak ekosistem yang ada, contoh desa wisata pesisir yang berhasil adalah Pantai Tiga Warna, Kabupaten Malang Jawa Timur dan Lihaga Beach Club yang berada di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, dua pantai tersebut masuk dalam kategori Desa Wisata Peraih Penghargaan di ASEAN Tourism Forum 2025.

Memang saran saya ini tidak mudah dilakukan, ini bisa saja ditertawakan, tapi kita sudah tau bahwa berat menjaga alam ini agar tetap lestari, makin tahun makin rusak, negara bertanggung jawab penuh akan kesehatan lingkungan dan manusia, ini beban yang berat bagi negara seberat beban Ulil menjadi Ketua PBNU yang harus manggut-manggut terhadap hirilisasi, memang sudah seharusnya dia menjadi pembela tambang, ini kontroversi memang, sekontroversi pernyataannya mengenai Bid’ah Hasanah di Gedung DPR beberapa bulan silam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |