Keajaiban itu adalah beasiswa, program yang memudahkan pelajar meraih pendidikan setinggi mungkin untuk menggapai cita-cita.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Suharti, menceritakan kisah masa kecilnya yang hidup di desa tanpa akses listrik untuk memotivasi para santri agar semangat meneruskan pendidikan tinggi dan meraih cita-cita.
Suharti mengatakan ia juga dari keluarga tidak mampu yang bermukim pada sebuah desa tanpa listrik di masa lalu. Tapi ketekunan mencari beasiswa membuat ia bisa sampai ke posisi saat ini.
"Ibu ini, kalau enggak ada beasiswa, mungkin ibu juga enggak akan berdiri di sini," ujar Suharti.
"Ibu juga dari keluarga yang tidak mampu di desa yang listriknya tidak ada. Baru setelah kerja di Bappenas, waktu itu tahun 1991-1992, baru bisa minta tolong teman-teman yang bekerja di perusahaan energi supaya listrik bisa masuk ke kampung kami," katanya dalam sebuah acara CSR yang dihadiri anak-anak panti asuhan serta para santri secara daring dan luring di wilayah Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Suharti menyampaikan bahwa pemerintah telah mengambil pelajaran berharga dari pengalaman masa lalu guna secara konsisten meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan yang merata bagi seluruh anak Indonesia, terutama yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Salah satunya lewat program beasiswa pendidikan, seperti Program Indonesia Pintar (PIP) untuk menjamin kesetaraan akses pendidikan bagi seluruh anak.
"Pemerintah telah menyediakan berbagai program beasiswa yang sangat banyak, tidak hanya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, tetapi juga hingga pendidikan tinggi," kata Suharti.
Oleh karena itu, dia berharap jangan sampai ada santri yang putus sekolah.
"Jangan sampai, sudah lulus pesantren tapi tidak melanjutkan perguruan tinggi, atau lulus madrasah tsanawiyah, tapi tidak melanjutkan ke SMA/SMK maupun Madrasah Aliyah. Kami berharap semua adik-adik, semuanya punya masa depan yang gemilang," kata dia.
sumber : Antara