Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas, menyatakan banyak pemimpin saat ini yang lebih pentingkan dirinya sendiri.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, menyampaikan kritik tajam terhadap arah perjalanan reformasi di Indonesia yang menurutnya telah melenceng jauh dari tujuan awal.
Dia menilai reformasi yang telah bergulir selama lebih dari dua dekade justru mengalami kegagalan karena dikhianati oleh para pemimpinnya sendiri.
Di kalangan para ahli fiqih dan ushul fiqih, menurut dia, ada satu kaidah terkenal yang menyatakan bahwa kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyat haruslah selalu berorientasi pada kemaslahatan. Kaidah tersebut berbunyi, tasharrufu al imam 'ala alro'iyati manuthun bil mashlahah.
Menurut dia, semangat ini juga tercermin dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Namun, kata dia, realitas yang terjadi justru sebaliknya. Banyak pemimpin saat ini lebih mementingkan diri sendiri, kelompok, dan kroni-kroninya, ketimbang memikirkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.
“Pemimpin yang benar-benar memikirkan rakyatnya kini sangat sulit ditemukan. Akibatnya, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) masih marak terjadi di berbagai sektor,” ujar Anwar dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (26/4/2025).
BACA JUGA: Video Penghancuran Masjid Al-Aqsa, Serbuan Yahudi, dan Murkanya Dunia Islam
Padahal, lanjut dia, salah satu tujuan utama dari gerakan reformasi 1998 adalah untuk memberantas praktik-praktik KKN tersebut. Namun cita-cita itu justru dikhianati oleh para pemimpin yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam perubahan.
“Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa reformasi yang kita laksanakan selama ini telah gagal karena dikhianati sendiri oleh para pemimpinnya,” kata Buya Anwar yang juga Ketua PP Muhammadiyah ini.