REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pertumbuhan transaksi menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjukkan lonjakan signifikan sepanjang 2025. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DIY mencatat nilai transaksi digital melalui QRIS mencapai Rp 41,09 triliun hingga September 2025.
Angka tersebut meningkat hingga 237,19 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dengan volume transaksi mencapai 486 juta kali, atau tumbuh 274,01 persen secara tahunan.
Kepala KPw BI DIY Sri Darmadi Sudibyo menyebut capaian ini menunjukkan bahwa transformasi digital di sektor ekonomi daerah berjalan sangat baik.
"Ini menggambarkan digitalisasi yang kita lakukan di DIY berjalan sangat baik dan tentu ini relasinya adalah dengan perkembangan digital ekonomi kita," ujar Sudibyo, Kamis (13/11/2025).
Menurutnya, peningkatan ini juga sejalan dengan bertambahnya jumlah pengguna dan merchant QRIS di DIY. Sudibyo menyampaikan jumlah pengguna QRIS hingga September 2025, tercatat mencapai 980.591 orang, sementara jumlah merchant atau pelaku usaha yang telah menerima pembayaran dengan QRIS mencapai 987.737, tumbuh masing-masing 7,42 persen dan 21,24 persen secara tahunan.
Mayoritas merchant yang menggunakan QRIS di DIY ini, lanjutnya, merupakan pelaku usaha mikro yang berkontribusi sekitar 59 persen dari total merchant. Adapun sebaran terbesar berada di Kabupaten Sleman yakni 40,38 persen, disusul Bantul 26,71 persen, Kota Yogyakarta 20,78 persen, Kulonprogo 6,90 persen, dan Gunungkidul 5,78 persen.
Selain sektor usaha, Sudibyo mengatakan pihaknya juga mendorong penerapan QRIS di bidang transportasi dan pariwisata, antara lain melalui program QRIS TAP dan QRIS Andong Wisata.
"Upaya ini bagian dari komitmen kami memperluas inklusi keuangan digital, terutama bagi pelaku wisata dan UMKM," ujar Sudibyo.
Tak hanya di dalam negeri, dia juga menyebut bahwa BI juga tengah memperluas pemanfaatan QRIS lintas negara (QRIS Cross Border) bersama sejumlah negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Langkah ini bertujuan memudahkan wisatawan mancanegara melakukan transaksi tanpa harus menukar mata uang.
"Kami terus melakukan edukasi agar masyarakat dan pelaku usaha memahami manfaat sistem pembayaran digital. Ketika mereka sudah merasakan kemudahan dan keamanannya, mereka akan beralih dengan sendirinya," katanya.
Selain menggandeng komunitas pelaku wisata, BI DIY juga menggandeng Dimas-Diajeng DIY sebagai duta untuk menyosialisasikan QRIS kepada masyarakat luas. Harapannya dapat mempercepat adopsi digital di kalangan generasi muda dan pelaku UMKM tradisional. "Kami meyakini, lambat laun pedagang yang belum menggunakan QRIS akan beralih, ketika telah memahami kemudahan dan kelebihan menggunakan layanan tersebut," ungkapnya.
Kepala BI DIY ini tak menepis bahwa digitalisasi membawa efek ganda bagi perekonomian DIY. Selain mempercepat transaksi dan memperluas akses keuangan, juga mampu memperkuat daya saing pelaku UMKM di tengah dinamika ekonomi global.
"Digitalisasi membawa efek ganda bagi ekonomi masyarakat. Pedagang kecil kini bisa terus berproduksi dan bertransaksi tanpa kendala waktu maupun lokasi," ujarnya.
"QRIS kini menjadi bagian penting dalam aktivitas ekonomi masyarakat, dari pedagang kecil hingga pelaku pariwisata," ucapnya.

3 hours ago
5












































