REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) akan melakukan konsolidasi bisnis terhadap perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor logistik dan asuransi. Konsolidasi bisnis ini merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing perusahaan BUMN, serta memberikan nilai tambah yang signifikan bagi Danantara Indonesia, ujar Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia, Dony Oskaria, dalam acara IKA Fikom Unpad Executive Breakfast Meeting di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Dari sektor logistik, Dony mengatakan terdapat sekitar 18 perusahaan BUMN dengan model bisnis yang serupa namun berkapasitas kecil di sektor tersebut. Ia menyebut bahwa perusahaan BUMN sektor logistik tidak ada yang bermain di first mile, namun lebih banyak di last mile dan middle mile, serta secara umum belum cukup kompetitif.
“Misalkan logistik ada Angkasa Pura Logistik, Pos Logistik, Kereta Api Logistik (KaLog), Pelindo Logistik, Semen Logistik, semua punya,” ujar Dony.
Sementara itu, di sektor asuransi, ia menjelaskan terdapat sekitar 18 perusahaan BUMN yang juga memiliki skala kecil dan belum kompetitif.
“Jasa Raharja punya insurance juga, kemudian Pertamina punya Tugu Insurance, BRI punya insurance, BNI punya insurance. Tapi tidak cukup size-nya, tidak kompetitif,” ujar Dony.
Dony mengungkapkan, tahap pertama yang dilakukan Danantara Indonesia adalah fundamental business review terhadap perusahaan-perusahaan BUMN terkait.
Tahap selanjutnya adalah business consolidation atau konsolidasi bisnis dengan merampingkan atau melakukan merger terhadap perusahaan-perusahaan BUMN tersebut.
“Kita melakukan pengkonsolidasian daripada bisnis kita. Yang tadinya logistik ada 18 perusahaan, nanti menjadi satu perusahaan logistik yang size-nya cukup besar, kompetitif, mampu bersaing. Kemudian juga memberikan nilai tambah yang signifikan buat Danantara,” ujar Dony.
Melalui konsolidasi ini, Danantara Indonesia menargetkan perampingan jumlah BUMN dari 888 perusahaan menjadi di bawah 200 perusahaan.
“Sehingga akan terjadi konsolidasi bisnis dari tadinya 888 perusahaan BUMN, kita harapkan nanti menjadi tinggal di bawah 200 perusahaan yang memang kokoh, kuat,” ujar Dony.
Sebelumnya, konsolidasi seperti ini tidak dapat dilakukan karena tidak adanya interkorelasi antarperusahaan. Namun kini, hal tersebut dimungkinkan karena Danantara Indonesia merupakan pemilik dari perusahaan-perusahaan BUMN tersebut.
“Contohnya, misalkan kita punya 130 hotel yang tersebar di berbagai macam perusahaan yang juga tidak dikelola secara profesional. Nanti kita akan tarik hotel-hotel itu menjadi satu holding hotel. Sehingga kita menjadi operator hotel nomor dua terbesar di Indonesia. Ini sebagai salah satu contoh,” ujar Dony.
Ia menambahkan, tahap pertama telah dijalankan oleh Danantara Indonesia. Sementara itu, pada tahun 2025, ditargetkan akan dilakukan konsolidasi bisnis terhadap 4–5 sektor industri, termasuk di dalamnya perusahaan BUMN sektor karya.
“Jadi, nanti perusahaan tol ya tol, perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor ya kontraktor. Properti ya properti. Nah ini akan terjadi proses yang signifikan dan luar biasa di dalam tata kelola perusahaan-perusahaan kita ke depan,” ujar Dony.
sumber : Antara