REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memprediksi nilai tukar (kurs) rupiah akan melemah akibat kontraksi aktivitas manufaktur di China.
“Data dari China barusan dirilis yang menunjukkan aktivitas manufaktur secara mengejutkan turun dan terkontraksi di 48,3, di bawah perkiraan ekspansi sebesar 50,6. Data ini bisa melemahkan rupiah lebih jauh,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa (3/6/2025).
Menurut dia, pelemahan ini besar kemungkinan dipengaruhi oleh ketegangan perang tarif antara China dan Amerika Serikat (AS).
Mengutip Anadolu Agency, Presiden AS Donald Trump menuduh China melanggar kesepakatan dagang baru-baru ini, yang berpotensi mengembalikan perdagangan global ke dalam ketidakpastian. Trump tidak merinci bentuk pelanggaran yang dilakukan China.
Sementara itu, China menolak tuduhan tersebut. Kementerian Perdagangan China menyatakan bahwa tuduhan Trump tidak berdasar, dan menegaskan Beijing akan terus melindungi kepentingan nasionalnya.
Ketegangan ini memperburuk prospek hubungan dagang kedua negara. China berulang kali mengkritik kontrol AS terhadap ekspor cip kecerdasan buatan (artificial intelligence), penghentian penjualan perangkat lunak desain cip (electronic design automation), serta pencabutan visa bagi pelajar China.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa tidak akan ada kesepakatan perdagangan yang langgeng dalam waktu dekat.
Juru Bicara Kedutaan Besar China di Washington, Liu Pengyu, mendesak AS segera memperbaiki tindakan yang keliru, menghentikan pembatasan diskriminatif terhadap China, serta menegakkan konsensus yang telah dicapai dalam pembicaraan tingkat tinggi di Jenewa.
AS dan China telah sepakat menangguhkan tarif pembalasan selama 90 hari dan menurunkan tarif masing-masing. Tarif bea masuk AS terhadap China akan diturunkan dari 145 persen menjadi 30 persen, sedangkan tarif China terhadap AS dipotong dari 125 persen menjadi 10 persen, berlaku mulai 14 Mei 2025.
Pada Selasa pagi, Lukman melaporkan bahwa dolar AS mengalami rebound karena investor mengantisipasi potensi perubahan sikap Trump menjelang rencana penerapan kenaikan tarif baja dan aluminium pada Rabu (4/6/2025).
Pada Jumat (30/5/2025), Trump mengumumkan kenaikan tarif impor baja dan aluminium, menggandakan tarif dari 25 persen menjadi 50 persen sebagai upaya melindungi industri dalam negeri.
Trump menyatakan bahwa tarif sebelumnya belum cukup kuat untuk melindungi industri baja AS dari persaingan luar negeri. Dengan tarif 50 persen, ia yakin celah yang dimanfaatkan pesaing asing akan tertutup.
“Rebound ini sebagian juga disebabkan aksi profit taking, mengingat dinamika tarif yang selama ini berubah-ubah,” tambahnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 16.200–Rp 16.300 per dolar AS pada hari ini.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa pagi di Jakarta melemah sebesar 37 poin atau 0,23 persen menjadi Rp 16.290 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.253 per dolar AS.
sumber : ANTARA