REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memelopori kebaikan adalah keutamaan bagi seorang Muslim. Bahkan semangat yang dimunculkan Islam adalah semangat untuk menjadi yang pertama dalam kebaikan.
فَاسۡتَبِقُوا الۡخَيۡرٰتِؕ اَيۡنَ مَا تَكُوۡنُوۡا يَاۡتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيۡعًا ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ
"Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu" (QS al-Baqarah: 148).
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa melakukan perbuatan baik dalam Islam, maka dia mendapat pahala perbuatannya dan pahala orang yang ikut melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang melakukan perbuatan buruk dalam Islam, maka dia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya dan dosa orang yang ikut melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun" (HR Muslim).
Rasulullah SAW mengungkapkan hadis ini tatkala beliau melihat seorang lelaki Anshar membawa bungkusan. Karena beratnya bungkusan tersebut, telapak tangannya hampir-hampir tidak mampu membawanya.
Ia sedekahkan bungkusan itu kepada orang-orang Bani Mudlar yang saat itu datang ke Madinah dalam kondisi memprihatinkan. Tindakan tersebut kemudian diikuti penduduk Madinah lainnya. Mereka berduyun-duyun memberikan sebagian hartanya, sehingga tampak satu tumpuk makanan dan satu tumpuk pakaian. Demikian dikisahkan oleh Abu Amr, Jarir bin Abdillah.
Walau berkaitan dengan menginfaqkan harta, hadis tersebut hakikatnya mencakup semua perbuatan, apapun itu, baik atau buruk. Tema utama hadis tersebut adalah kepeloporan. Kepeloporan bisa membawa berdampak serius bagi diri dan orang lain. Ia tidak hanya akan mendapatkan balasan untuk dirinya sendiri, tetapi juga akan mendapatkan balasan dariorang lain yang mengikuti tindakannya.
Seorang Muslim sangat dianjurkan mampu mempelopori perbuatan baik. Perbuatan yang dimaksud bisa berupa sunnah Rasul yang mulai ditinggalkan umat. Bisa juga berupa inovasi baru sepanjang tidak melanggar kaidah-kaidah Islam.
Kepeloporan harus dilandasi keikhlasan dan dimulai dari diri sendiri. Rasulullah SAW dan para sahabat adalah pelopor dalam kebiakan. Berbagai sunnah hasanah (tradisi yang baik) yang ada sekarang ini, dimulai oleh mereka. Mereka pun memulai sunnah itu dari diri mereka sendiri.