
JAKARTA -- Kereta api lokal bukan sekadar alat transportasi. Tapi juga sahabat di pagi hari, jembatan menuju mimpi, dan ruang pulang yang selalu dirindukan.
Di wilayah Bandung Raya, Purwakarta, dan Garut, layanan Commuter Line terus tumbuh bersama masyarakat, menjadi penggerak aktivitas, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Sepanjang periode 1 Januari hingga 23 Juli 2025, sebanyak 10.581.524 pelanggan telah menggunakan layanan KA Commuter Line atau KA Lokal di Area II Bandung. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun.
Pada 2023, jumlah pelanggan tercatat 14.720.252 orang, dan meningkat menjadi 16.159.458 pelanggan pada 2024. Ini mencerminkan kepercayaan publik yang semakin besar terhadap kereta lokal sebagai moda transportasi harian yang andal dan terjangkau.
“KA Lokal tidak hanya memangkas waktu, melainkan membuka lebih banyak peluang. Rumah terasa dekat, biaya bersahabat, dan setiap perjalanan menghadirkan kenyamanan yang hangat,” ucap Vice President Public Relations KAI Anne Purba.
Layanan kereta lokal di wilayah Bandung, Purwakarta, dan Garut melintasi lebih dari 30 stasiun, dari Padalarang hingga Cicalengka, serta dari Garut hingga Purwakarta.
Rangkaian pertama dari Padalarang misalnya, tersedia untuk keberangkatan sejak pukul 04.00 WIB. Menemani awal hari para pelajar, pedagang, pekerja, hingga lansia yang ingin bepergian dengan nyaman.
Mobilitas dari kota-kota kecil menuju pusat aktivitas di Kota Bandung semakin mudah dan terjangkau. Commuter Line Bandung Raya untuk relasi terjauh Padalarang hingga Cicalengka atau sebaliknya hanya dikenakan tarif Rp5.000.
Sedangkan, Commuter Line Garut melayani rute dari Stasiun Garut hingga Purwakarta dengan tarif Rp14.000 sekali jalan.
Tak hanya mendukung aktivitas belajar dan bekerja, kereta lokal juga mempermudah akses ke layanan kesehatan.
Dengan banyaknya rumah sakit besar dan rujukan nasional di Kota Bandung, warga dari wilayah sekitar kini dapat menjangkau fasilitas medis secara lebih cepat, aman, dan terjangkau.
Layanan ini menjadi solusi nyata bagi masyarakat yang memerlukan kontrol rutin, rawat jalan, atau keperluan rujukan tanpa harus bergantung pada kendaraan pribadi serta terjebak kemacetan.
Salah satu stasiun dengan volume naik turun penumpang yang tinggi adalah Stasiun Rancaekek, yang merupakan stasiun terdekat dari kawasan pendidikan Jatinangor.
Setiap harinya, ratusan mahasiswa dari berbagai daerah seperti Bandung, Padalarang, hingga Garut memanfaatkan layanan KA lokal untuk menuju kawasan kampus tersebut yang berada di Kabupaten Sumedang, yang menjadi rumah bagi sejumlah kampus ternama, seperti Universitas Padjadjaran, ITB Kampus Jatinangor, dan IPDN.
Dengan naik kereta api, mereka tetap bisa tinggal bersama keluarga, menghemat biaya hidup, dan hadir tepat waktu di ruang kuliah tanpa harus menghadapi kemacetan atau beban biaya kos yang tinggi.
“Banyak mahasiswa bisa kuliah tanpa harus ngekos dan tetap bertemu dengan keluarga setiap hari. Banyak pekerja dari kota kecil bisa menjangkau pusat aktivitas tanpa biaya tinggi. Kereta lokal hadir bukan hanya untuk sampai, tapi untuk tetap bersama dalam keseharian,” jelas Anne.
Pemberhentian di stasiun-stasiun kecil seperti Ciroyom, Leles, Karangsari, hingga Pasirjengkol menjadi titik akses penting bagi para pedagang pasar.
Warga dari berbagai daerah memanfaatkan layanan kereta untuk membawa hasil bumi, makanan tradisional, dan kebutuhan pokok ke pusat kota. Pasar Ciroyom, Pasar Andir, dan Pasar Cicalengka menjadi lebih mudah dijangkau, mendukung kelancaran aktivitas ekonomi harian masyarakat sekitar.
“Setiap stasiun kecil menyimpan kisah besar. Dari sana, ekonomi lokal bergerak, usaha kecil tumbuh, dan pertemuan sosial terjalin. Kereta lokal menjaga ritme kehidupan tetap hangat dan bersahaja,” tutur Anne.