Sejumlah korban ledakan di SMA 72 menjalani perawatan di Instalasi Gawat Darurat RS Islam Cempaka Putih, Jakarta, Jumat (7/11/2025). Sebanyak 27 korban ledakan di SMA 72 menjalani perawatan di RS Islam Cempaka Putih, Jakarta.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Margaret Aliyatul Maimunah, menekankan bahwa trauma healing tidak hanya diperlukan oleh siswa yang terluka, tetapi juga seluruh siswa SMA Negeri 72 Jakarta Utara yang menyaksikan ledakan di lingkungan sekolah pada Jumat siang (7/11/2025).
“Semua anak, baik yang mengalami luka maupun tidak, yang mendengar atau menyaksikan kejadian pasti membutuhkan pendampingan,” kata Margaret pada Jumat malam.
KPAI merekomendasikan agar penanganan trauma dilakukan oleh psikolog tersertifikasi serta melibatkan sejumlah pihak yang berkompeten, seperti Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA), hingga kepolisian yang memiliki tenaga spesialis psikologi.
Margaret juga menyambut rencana Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Atip Latipulhayat, untuk mempercepat rehabilitasi sekolah agar kegiatan belajar dapat segera dilangsungkan.
Berdasarkan data sementara yang diterimanya dari kepolisian, sebanyak 14 anak menjalani rawat inap, mayoritas berusia di bawah 18 tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar tujuh anak harus menjalani operasi akibat luka cukup berat.
“Luka yang dialami bervariasi, ada di bagian kaki, ada yang jarinya harus diangkat kukunya, banyak juga yang mengeluhkan sakit pada telinga dan bagian kepala,” ungkapnya.
Dia menambahkan data korban masih terus berkembang. Saat tiba di rumah sakit, tercatat sekitar 33 anak masih menjalani perawatan. Secara total, angka korban sempat dilaporkan mencapai 37 orang, meski belum final karena masih dalam pendataan kepolisian.
sumber : Antara

2 hours ago
2













































