Anak bermain bersama saat kegiatan sehari tanpa gawai di Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (5/7/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) Wihaji mendorong Program Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) ada di lembaga pelayanan publik. Wihaji ingin penyiapan Tamasya diutamakan disana agar memastikan pemenuhan hak anak.
"Kita sebenarnya prioritas semua, tetapi tentu layanan-layanan publik yang kita prioritaskan, terutama yang bisa difasilitasi oleh pemerintah," kata Wihaji dalam Sosialisasi SEB 6 Menteri Tentang Pembentukan dan Penyelenggaraan Tempat Penitipan Anak di Auditorium KemendukBangga pada Rabu (9/7/2025).
Guna mempercepat pembentukan Tamasya, Kemendukbangga menjalin kerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Tujuannya agar pemerintah daerah mematuhi pembentukan Tamasya minimal di lembaga pelayanan publik milik pemerintah.
"Kami bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) bersama pemerintah daerah," ujar Wihaji.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq sudah menetapkan "Tamasya" sebagai indikator wajib dalam program 'proper' nasional. Proper ialah program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan kebijakan. Langkah ini diambil agar perusahaan swasta terlibat pembentukan Tamasya.
“Tamasya akan jadi syarat utama proper, terutama bagi perusahaan yang ingin dapat predikat emas atau hijau. Perusahaan harus menyediakan fasilitas ini agar dinilai layak secara lingkungan,” ucap Hanif.
Hanif menyebut proper bakal melakukan evaluasi lingkungan menyasar enam ribu perusahaan di Indonesia. Hanif menyadari aspek pengasuhan anak tergolong penting terkait penilaian kelestarian lingkungan perusahaan.
“Kerjasama ini memastikan anak-anak tetap diasuh dengan kasih sayang di lingkungan kerja yang berkualitas. Kami percaya, Tamasya bisa menjawab tantangan sosial dalam konteks keberlanjutan lingkungan,” kata Hanif.
Hanif berharap Tamasya bisa memperkokoh komitmen lintas sektor dalam membangun lingkungan kerja inklusif. Sebab Hanif menyadari Tamasya termasuk investasi penting bagi masa depan anak Indonesia.
"Perusahaan wajib sediakan Tamasya bagi anak-anak pekerja. Langkah ini dinilai penting memastikan lingkungan kerja inklusif dan ramah anak," ucap Hanif.