REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar hukum tata negara, Mahfud MD mengungkapkan Lebaran bagi umat Islam di Indonesia merupakan tradisi yang bukan ajaran dari Islam primer karena tidak ada di Alquran maupun di hadits Nabi. Tapi, ia menekankan Lebaran dan halal bihalal merupakan tradisi yang sangat bagus dijalankan.
Menurut Mahfud, tradisi itu digali atau di-istinbath sebenarnya dari ajaran Islam. Misalnya, ajaran Islam kalau orang harus saling memaafkan, harus rukun, harus membersihkan diri, sehingga muncul tradisi Lebaran. Karenanya, Mahfud menuturkan, Lebaran atau halal bihalal merupakan salah satu budaya Islam.
Mahfud menyebut Islam berkembang melalui tafsir-tafsir budaya lokal, sehingga ada tradisi Lebaran di Indonesia. Sehingga tradisi Lebaran atau berkunjung satu sama lain tidak ada bagi umat Islam di Amerika Serikat, Arab Saudi.
“Tapi itu, tradisi itu diciptakan, salah satu literatur yang saya baca dulu, tradisi itu diciptakan oleh Sunan Bonang, Mbah Maqdum, orang Lebaran ini menurut ajaran Alquran orang saling memaafkan,” kata Mahfud di kanal YouTube Mahfud MD Official disimak pada Senin (31/3/2025).
Mahfud menjelaskan ada hadist kalau orang berpuasa dengan baik itu dosanya habis, diampuni, tapi ada hadits lain yang diriwayatkan Abu Huraira menyatakan dosa seseorang itu tidak akan diampuni jika masih ada dosa sesama manusia. Dari dalil Alquran dan hadits Nabi itulah diciptakan tradisi Lebaran di Indonesia.
“Oleh Sunan Bonang disebutkan, ayo mumpung Lebaran kita sekarang saling memaafkan, meskipun saling memaafkan saling minta dan memberi maaf tidak harus Lebaran, kapan saja harus dilakukan, kalau kita ke Mekkah ada orang senggol orang langsung minta maaf, langsung melakukan itu,” ujar Mahfud.
Mahfud menerangkan kegiatan-kegiatan itu di Indonesia dibuat semacam tradisi. Kemudian Sunan Bonang turut menyebut kalau Lebaran itu ditandai orang makan kupat atau sekarang disebut ketupat. Kupat itu sendiri dibungkus dengan janur yang ternyata janur tersebut melambangkan jati ning nur atau hati yang bersih.
“Hati yang bersih, kalau sudah berpuasa ini kata Sunan Bonang hatimu bersih. Janur ini menjadi bungkus kupat, kupat artinya laku sing papat, empat situasi, empat keadaan. Satu lebar, lebar itu selesai, lebur, lebur itu dosanya habis, luber, luber itu melimpah pahalanya, labur itu bersih awakmu,” ucap Mahfud.
Mahfud meyakini Lebaran jadi tradisi Islam-Indonesia yang sangat indah dan tidak ada di negara-negara lain. Tradisi itu mungkin sudah tersebar sampai ke bangsa-bangsa Melayu seperti Malaysia, Brunei Darussalam yang memiliki tradisi serupa tentu berasal dari dakwah sunan-sunan yang sama zaman dulu.
Bagi Mahfud, tahun ini jadi Lebaran pertama kali yang dilewati tanpa ibunda yang baru wafat dua bulan lalu. Biasanya, Mahfud mengenang mereka akan berkumpul di rumah ibundanya setidaknya sejak dua hari sebelum Hari Raya Idul Fitri, lalu masing-masing anak maupun cucu akan diladeni langsung oleh ibunda.
Usai ibunda wafat, Mahfud sebagai anak tertua harus menjadi orang yang mengambil inisiatif menyatukan keluarga. Karenanya, nantinya pada Hari Raya Idul Fitri dirinya akan berada di Pamekasan guna melaksanakan tradisi Lebaran seperti yang biasanya dilakukan keluarga besarnya semasa orang tuanya masih ada.
“Saya menghayati Lebaran itu menyatukan keluarga yang mungkin berjauhan, lalu bertemu, dan kemudian sekarang saya akan memulai dengan tidak ada ibu lagi, tidak ada orang tua, tapi insya Allah kita lakukan,” ujar Mahfud.