REPUBLIKA.CO.ID, DOHA — Ketegangan antara India dan Pakistan kian memanas sepekan setelah serangan mematikan India di Kashmir. Pemerintah India mengumumkan penutupan sejumlah lokasi wisata di wilayah tersebut, yang telah diklaim kedua negara sejak kemerdekaan pada tahun 1947, pada Selasa (29/4/2025).
Pakistan mengaku sedang mempersiapkan tindakan hukum atas penangguhan perjanjian air oleh New Delhi, dikutip dari laman Al-Jazeera.
Sementara itu, terjadi baku tembak di sepanjang Garis Kontrol (LoC), perbatasan de facto sepanjang 740 km (460 mil) yang memisahkan wilayah Kashmir yang dikuasai India dan Pakistan. Baku tembak tersebut sudah terjadi hingga malam kelima berturut-turut. Pakistan mengatakan telah menjatuhkan sebuah pesawat tanpa awak.
Dikhawatirkan akan ada eskalasi antara kekuatan nuklir diantara kedua negara.
Pemerintah Kashmir yang dikelola India mengumumkan penutupan 48 dari 87 tujuan wisata yang disetujui pemerintah di wilayah Himalaya.
Tidak ada kerangka waktu yang diberikan untuk tindakan tersebut, karena wisatawan yang dilanda kepanikan berusaha keluar lebih awal. Sementara itu, kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres berbicara dengan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar untuk mendesak kedua negara agar meredakan ketegangan.
Guterres menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan. Dia menggarisbawahi perlunya menghindari konfrontasi yang dapat mengakibatkan konsekuensi tragis, kata juru bicaranya Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan.
Sekretaris jenderal PBB menawarkan, kantornya mendukung upaya de-eskalasi. Sementara itu, Amerika Serikat mendesak kedua negara untuk bekerja menuju solusi yang bertanggung jawab.
“Kami menghubungi kedua belah pihak, dan tentu saja memberi tahu mereka untuk tidak memperburuk situasi,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri kepada wartawan, mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Marco Rubio.
Juru bicara itu menambahkan bahwa Rubio akan berbicara dengan menteri luar negeri India dan Pakistan pada Selasa atau Rabu. Mereka mendorong menteri luar negeri lainnya untuk melakukan hal yang sama. Balas dendam
India menuduh Pakistan mendanai dan mendorong "terorisme lintas batas" di Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim menyusul serangan bersenjata pekan lalu. Serangan tersebut menargetkan sebagian besar wisatawan Hindu, yang menewaskan 26 orang.
Islamabad menyangkal peran apa pun dan telah menyerukan penyelidikan yang netral. Serangkaian tindakan diplomatik balasan telah dilakukan, termasuk pembatalan visa dan penarikan diplomat.