REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Iran meluncurkan gelombang ke-12 Operasi Janji Sejati 3 sebagai pembalasan atas serangan Israel. Aksi ini memicu sirene di seluruh wilayah pendudukan ketika Teheran mengirimkan rudal-rudal berat ke arah Israel.
Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) mengumumkan bahwa pada awal gelombang ke-12 Operasi True Promise 3, mereka meluncurkan rudal berdaya ledak tinggi dalam serangan dua tahap. IRGC juga menyatakan bahwa pada gelombang ke-12, rudal Sejjil, sejenis rudal balistik jarak menengah (MRBM) ultra-berat, diluncurkan.
Nama "Sejjil" diambil dari surah Al-Fil yang menceritakan bagaimana Allah menghalangi pasukan Abrahah menyerang Makkah pada tahun kelahiran Rasulullah SAW. Sejjil adalah sebutan untuk batu-batu yang dijatuhkan burung-burung ababil kepada pasukan bergajah tersebut.
Ini menandai pertama kalinya IRGC Iran menggunakan Sejjil, dalam serangan terhadap Israel. Sejjil adalah rudal balistik permukaan-ke-permukaan dua tahap berbahan bakar padat yang dikembangkan oleh Iran. Perkiraan jangkauannya mencapai 2.000 kilometer, yang dapat menyerang jauh di dalam wilayah musuh, termasuk seluruh wilayah Israel dan Eropa Tenggara. Rudal tersebut berukuran panjang 18 meter dan dapat membawa muatan sekitar 700 kilogram.
Ada sejumlah varian dari rudal ini dengan jangkauan maksimum 4.000 km. Tidak seperti rudal berbahan bakar cair yang lebih tua, propulsi bahan bakar padat Sejjil berarti waktu peluncuran yang lebih cepat, mobilitas yang lebih mudah, dan kemampuan bertahan yang lebih besar terhadap serangan pencegahan.
Rudal ini sangat lihai bermanuver dan dirancang untuk menghindari sistem deteksi musuh. Ini meningkatkan peluangnya untuk menembus perisai pertahanan udara canggih seperti sistem Iron Dome dan Arrow milik Israel. Iran telah memamerkan Sejjil sebagai simbol teknologi pertahanan dan kekuatan pencegahan dalam negerinya.
Pengerahan Sejjil bisa menjadi titik balik dalam konflik Israel-Iran. Jangkauan rudal yang jauh memungkinkan Iran untuk menyerang Israel tanpa meluncurkannya dari proksi seperti Hizbullah di Lebanon atau milisi di Suriah atau Irak. Mesin berbahan bakar padatnya juga berarti lebih sedikit waktu persiapan sebelum peluncuran, sehingga mengurangi waktu peringatan dan waktu reaksi bagi sistem pertahanan Israel.
Jika klaim IRGC mengenai pelanggaran pertahanan Israel benar, hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas dan ketahanan pasukan Israel. Meskipun Israel belum mengkonfirmasi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan-serangan terbaru ini, penggunaan rudal Sejjil meningkatkan risikonya.
Jika Iran terus menggunakannya dalam pertempuran aktif, Israel mungkin terpaksa menyesuaikan strategi pertahanan udaranya, mungkin mencari dukungan lebih besar dari AS atau melancarkan serangan langsung ke dalam wilayah Iran.