Pertamina Lestarikan Batik Tulis Langka Asal Tasikmalaya

5 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Di tengah arus modernisasi dan dominasi teknik printing dalam industri batik, Dimas Batik tetap teguh menjaga warisan batik tulis tradisional Tasikmalaya. UMKM binaan PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat ini menjadi satu-satunya pengrajin yang masih konsisten menggunakan teknik malam atau lilin dalam setiap tahap produksi batik tulis di wilayah tersebut.

Dikelola oleh Aisha Nadia sejak 1987, Dimas Batik yang berlokasi di Indihiang, Tasikmalaya kini mempekerjakan 25 pembatik. Sebanyak 15 orang bekerja di workshop, sementara sisanya merupakan ibu rumah tangga yang membatik dari rumah. “Kami ingin mempertahankan tradisi, tapi juga memberi ruang bagi ibu-ibu agar tetap produktif tanpa meninggalkan peran utama mereka di rumah,” kata Aisha kepada Republika, Selasa (6/5/2025).

Perjalanan Aisha membangun usaha ini penuh tantangan. Ia mengenang masa-masa awal ketika harus membawa karung berisi kain batik ke calon pembeli, bahkan sempat diusir satpam karena disangka pemulung. “Waktu itu saya tidak punya kendaraan. Tapi saya tahu, saya membawa warisan budaya yang berharga,” ujarnya.

Pada 2020, dua bulan sebelum pandemi, Aisha menerima pendanaan UMK dari Pertamina sebesar Rp50 juta. Dana ini digunakan untuk membeli sebidang tanah yang kini menjadi galeri permanen Dimas Batik. Tak disangka, di tengah pandemi justru permintaan melonjak dari para desainer di Bandung dan Jakarta yang memasok batik untuk pejabat negara hingga selebritas.

Kini, Dimas Batik telah berkembang menjadi salah satu pengrajin batik terbesar di Tasikmalaya. Pasarnya tidak hanya di dalam negeri seperti Jakarta, Bandung, dan kota-kota di Jawa, tetapi juga menembus pasar luar negeri seperti Singapura dan Jepang. “Orang Jepang sangat menyukai motif bunga kecil seperti melati, sakura, dan truntum. Mereka kurang menyukai motif binatang, jadi kami beradaptasi tanpa kehilangan identitas,” jelas Aisha.

Ragam motif batik khas Jawa Barat yang ditawarkan antara lain Merak Ngibing yang menggambarkan keindahan gerak burung merak, Tiga Negeri sebagai simbol keragaman budaya, Cupat Manggu yang terinspirasi dari buah manggis, serta Sidomukti yang melambangkan harapan dan kemakmuran.

Dimas Batik juga aktif mengikuti pelatihan, termasuk Pertamina UMK Academy kelas Go Global pada 2024 untuk memperluas pasar ekspor. Langkah ini menjadi bagian dari upaya peningkatan kapasitas UMKM lokal agar mampu bersaing di kancah internasional.

Area Manager Communication, Relation & CSR Regional Jawa Bagian Barat Pertamina Patra Niaga, Eko Kristiawan menyampaikan apresiasinya atas konsistensi Dimas Batik. “Kami bangga mendampingi pelaku UMKM seperti Dimas Batik yang tidak hanya mempertahankan tradisi, tapi juga mampu menembus pasar global. Inilah semangat UMKM binaan Pertamina: berakar pada budaya lokal, namun berpandangan jauh ke depan,” kata Eko.

Kisah Dimas Batik menjadi bukti bahwa pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan penguatan ekonomi masyarakat. Sejalan dengan semangat Asta Cita pemerintahan Prabowo-Gibran, upaya ini turut mendukung penciptaan lapangan kerja berkualitas dan pengembangan industri kreatif nasional.

Dengan tetap setia pada teknik lilin batik tulis, Dimas Batik bukan sekadar pelaku usaha kreatif, tetapi juga penjaga nilai dan identitas budaya bangsa. “Setiap goresan malam adalah jejak sejarah yang tak tergantikan,” tutup Aisha.

Read Entire Article
Politics | | | |