Rosatom Sebut Indonesia Punya Potensi Besar Bangun Pembangkit Nuklir Terapung

2 days ago 8

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perusahaan nuklir Rusia, Rosatom menyebut sebagai negara kepulauan, Indonesia berpotensi besar membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terapung. Direktur Proyek Rosatom Alexander Tsibulya berbicara hal tersebut kepada delegasi wartawan Indonesia seusai penyelenggaraan Forum Bisnis Energi ASEAN (AEBF) 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (16/10/2025) malam, di tengah upaya ASEAN mengintegrasikan jaringan listrik seluruh negara anggotanya melalui proyek ASEAN Power Grid.

"Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki banyak peluang untuk tenaga nuklir terapung, saya rasa," kata Alexander.

Proyek pembangkit listrik nuklir terapung itu yang kini tengah dibidik Malaysia dengan target terbangun pada 2031. Menurut Alexander, target Malaysia cukup ambisius, mengingat pembangunan pembangkit nuklir umumnya proyek jangka panjang, dan memerlukan waktu 100 tahun.

Namun, dia meyakinkan, hal itu dapat dilakukan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir terapung, dan Rosatom dapat membantu mewujudkannya. Dia mengatakan pada dasarnya untuk membangun pembangkit nuklir berskala besar, diperlukan permintaan listrik yang besar, karena pembangunannya harus disesuaikan dengan tingkat konsumsi listrik itu sendiri.

Selanjutnya, pembangunannya juga harus mempertimbangkan aspek keamanan dari bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan sebagainya. Kombinasi kedua faktor tersebut akan menentukan lokasi terbaik pembangunan pembangkit nuklir, khususnya di ASEAN, termasuk Indonesia.

Saat ditanya peluang Indonesia, sebagai negara dengan tingkat kebencanaan cukup tinggi dan beragam, untuk memiliki pembangkit nuklir, Alexander menyampaikan bahwa hal itu dimungkinkan.

"Karena tidak seluruh wilayah Indonesia memiliki tingkat seismik tinggi. Dan tidak berarti pembangkit nuklir hanya bisa dibangun di wilayah tanpa aktivitas seismik sama sekali. Ada batas aman, dan batas itu cukup tinggi," jelasnya.

Di Indonesia, Alexander mengungkapkan bahwa Rosatom telah melihat ada beberapa lokasi di mana pembangkit nuklir bisa dibangun dengan aman. Salah satunya di bagian timur Indonesia, di mana masih banyak pembangkit listrik bertenaga diesel, dan faktor lain.

Dia pun menekankan bahwa Rosatom adalah perusahaan pertama yang membangun pembangkit listrik tenaga nuklir generasi baru berskala besar, Generation III+, yang memenuhi semua persyaratan keselamatan pascainsiden nuklir Fukushima, Jepang.

Lebih jauh dia menyampaikan bahwa secara umum saat ini Rosatom memiliki perjanjian antarpemerintah dengan sejumlah negara ASEAN, termasuk Malaysia dan Indonesia, tentang kerja sama penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai.

Adapun pemerintah Federasi Rusia dan Republik Indonesia telah memiliki perjanjian terkait kerja sama nuklir sejak 2006. Menurut Alexander, pihaknya telah melakukan berbagai kerja sama dengan Indonesia di sejumlah bidang.

"Kami (Rusia-RI) memang belum membangun pembangkit nuklir apa pun. Tapi, sekarang kami sedang melakukan penelitian awal, pre-feasibility study. Dan, dua minggu lalu kami menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pihak Indonesia untuk studi pendahuluan tersebut. Itu dilakukan tepat saat World Atomic Week di Moskow," kata dia.

sumber : Antara

Read Entire Article
Politics | | | |