
Sebuah studi besar baru telah mengungkapkan bahwa bahkan pada tahap awal cardiogenic shock/CS (syok kardiogenik) —kondisi jantung serius di mana aliran darah masih mencapai organ-organ utama—lebih dari satu dari empat pasien mengalami komplikasi serius atau kematian.
Temuan ini dibagikan sebagai bagian dari Sesi Ilmiah Society for Cardiovascular Angiography & Interventions (SCAI) 2025.
Syok kardiogenik terjadi ketika jantung tiba-tiba tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Hal ini menyebabkan penurunan tekanan darah dan pasokan oksigen rendah ke organ-organ. Ini adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa.
Sekitar setengah dari semua orang yang didiagnosis dengan CS meninggal sebelum meninggalkan rumah sakit.
Meskipun dokter sangat menyadari betapa berbahayanya CS stadium lanjut, sangat sedikit yang telah dipelajari tentang hasil dari orang-orang yang berada pada tahap awal—ketika aliran darah masih tampak agak stabil.
Studi baru ini adalah salah satu yang terbesar dari jenisnya. Para peneliti mengamati catatan medis dari 500 pasien dengan CS tahap awal (dikenal sebagai Stadium B dalam klasifikasi syok SCAI) di enam rumah sakit dalam sistem Brown University Health.
Stadium B dianggap sebagai fase awal syok, saat fungsi jantung mulai menurun tetapi syok penuh belum terjadi.
Pasien diikutsertakan dalam penelitian jika mereka memiliki tekanan darah rendah atau tanda-tanda aliran darah yang buruk (seperti peningkatan kadar laktat darah), tetapi tidak memiliki masalah lain seperti serangan jantung, infeksi, atau volume darah rendah karena penyebab lain.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak pasien dengan CS tahap awal yang kondisinya memburuk, perlu dipindahkan ke tingkat perawatan yang lebih intensif, atau meninggal di rumah sakit.
Para peneliti menemukan bahwa 132 dari 500 pasien—sekitar 26%—mengalami setidaknya satu dari hasil serius ini.
Sebagian besar kejadian ini terjadi dengan cepat, dengan waktu rata-rata hingga kondisi memburuk hanya 16 jam setelah masuk rumah sakit.
Apa yang membuat beberapa pasien lebih mungkin mengalami hasil yang buruk?
Studi tersebut menemukan bahwa pasien-pasien ini biasanya datang dengan tekanan darah rendah, fungsi jantung yang lebih lemah (seperti yang ditunjukkan oleh fraksi ejeksi yang lebih rendah), dan produksi urine yang lebih sedikit dalam 24 jam pertama—yang menunjukkan tanda-tanda awal masalah ginjal.
Mereka juga lebih mungkin menunjukkan tanda-tanda kerusakan ginjal dan hati, atau infeksi aliran darah.
Penyebab paling umum dari CS dini dalam studi ini adalah gagal jantung (42%), detak jantung tidak teratur (25%), serangan jantung (13%), dan masalah jantung struktural (3%), dengan sisanya melibatkan campuran dari masalah-masalah ini.
Dr. Saraschandra Vallabhajosyula, penulis senior studi dan ahli jantung perawatan kritis di Brown University, menekankan pentingnya mengenali keseriusan CS dini.
"Pasien-pasien ini sering kali tidak terlihat sakit parah, tetapi studi ini menunjukkan bahwa lebih dari 25% dari mereka mengalami kondisi yang sangat buruk," katanya. "Ini menyoroti perlunya pengenalan dan tindakan dini."
Sebagai kesimpulan, penelitian ini mengirimkan pesan yang jelas: syok kardiogenik dini tidak separah yang terlihat.
Dokter dan tim rumah sakit perlu mengawasi pasien ini dengan saksama dan bertindak cepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama tim lintas berbagai spesialisasi—kardiologi, perawatan kritis, kedokteran darurat—untuk mengenali tanda-tanda peringatan dini dan melakukan intervensi sebelum kondisi memburuk.
Dengan meningkatkan kecepatan dan keakuratan diagnosis CS dini, harapannya adalah lebih banyak nyawa dapat diselamatkan pada jam-jam pertama yang kritis setelah masuk rumah sakit.