YKMI: Efek Boikot Produk Terafiliasi Israel Berdampak pada Tumbuhnya Industri Lokal

4 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Pusat Riset Agama dan Kepercayaan pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRAK BRIN) dan Indonesia Halal Watch (IHW) mengungkap, hasil riset nasional bertema Fatwa Boikot MUI dan Dampaknya terhadap Pertumbuhan Industri Nasional memperlihatkan, masyarakat Indonesia mulai memilih produk lokal dan menghindari produk yang terafiliasi Israel.

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) menilai bahwa efek gerakan boikot produk yang terafiliasi Israel akan bersifat permanen. Meski demikian, gerakan boikot akan menumbuhkan industri lokal.

"Bagi YKMI hal-hal demikian sudah kita prediksi jauh-jauh hari, sejak kampanye boikot didilakukan lebih keras, kita sudah prediksi bahwa boikot ini akan kemudian berdampak pada tumbuhnya industri lokal atau beralihnya atau bergesernya pola konsumsi masyarakat (ke produk lokal)," kata Juru Bicara dan Aktivis YKMI, Megel Jekson kepada Republika, Kamis (22/5/2025).

Megel mengungkapkan, sebelumnya YKMI dikritik karena menyebut gerakan boikot produk terafiliasi Israel akan menumbuhkan industri lokal. Pihak yang mengkritik mengatakan bahwa gerakan boikot malah akan menimbulkan PHK.

Ia menegaskan, sekarang yang disaksikan dan dirasakan, efek boikot membawa berkah bagi industri lokal. Sebab jelas dan pasti, konsumen Muslim yang taat terhadap Fatwa MUI yang menyerukan boikot produk terafiliasi Israel.

"Konsumen Muslim juga tahu poroduk A, produk B, produk C yang terafiliasi Israel, mereka (konsumen Muslim) dengan sadar beralih ke produk yang tidak terafiliasi Israel, dan saya lihat ini (gerakan boikot) bukan lagi sementara tapi ini betul-betul bisa jadi sesuatu yang permanen," ujar Megel.

YKMI juga melihat sekarang seperti ada perlawanan, misalnya McD dan Starbucks memasang logo halal di depan tokonya. Nampaknya mereka mulai terdesak oleh gerakan boikot produk yang terafiliasi Israel. Sehingga mereka ingin meraih simpati dengan memasang logo halal.

Megel melihat bahwa gerakan boikot produk terafiliasi Israel bersifat permanen, khususnya terhadap produk kopi dan makanan cepat saji. Tapi untuk produk seperti pampers, susu bayi, sabun dari unilever misalnya, belum ada produk lokal untuk jadi alternatif konsumen. Jadi konsumen belum sepenuhnya pindah ke produk lokal."Sekarang yang perlu dilakukan pemerintah itu menumbuhkan atau mendukung industri-industri lokal," ujar dia.

Aktivis Peduli Palestina dan YKMI, Ahmad Himawan mengatakan, pemerintah perlu mendukung UMKM lokal agar bisa bersaing dengan produk global yang terafiliasi Israel. Sehingga masyarakat yang menghindari produk terafiliasi Israel, punya pilihan produk lokal yang berkualitas.

"Jadi produk lokal sebagai alternatif itu memang harus disiapkan dan didukung pemerintah agar bisa punya daya saing tidak hanya di tingkat nasional tapi juga global," ujar Ahmad. 

Sebelumnya, IHW bersama PRAK BRIN meluncurkan hasil riset nasional bertema 'Fatwa Boikot MUI dan Dampaknya terhadap Pertumbuhan Industri Nasional' di Gedung Widya Graha BRIN, Selasa (20/5/2025).

Founder IHW, Ikhsan Abdullah mengatakan, riset tersebut mengkaji dampak Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 83 Tahun 2023 mengenai dukungan terhadap Palestina dan seruan boikot terhadap produk yang terafiliasi dengan Israel. Fatwa MUI itu ternyata berdampak terhadap pola konsumsi masyarakat serta pertumbuhan industri nasional.

"Hasil riset kami menunjukkan bahwa Fatwa MUI tidak hanya berdampak moral dan keagamaan, tetapi juga menciptakan perubahan struktural dalam perilaku konsumsi masyarakat Indonesia yang kini lebih berpihak kepada produk nasional," kata Ikhsan kepada Republika saat peluncuran hasil riset di Gedung Widya Graha BRIN, Selasa (20/5).

Read Entire Article
Politics | | | |