Dari Ulat Sampai Serapan Anggaran, Ada Apa Dengan MBG?

3 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – "Ya itu paling kasusnya makanannya agak bau. bahkan ya itu ada ulatnya segala macam," kata Kepala SDN Bedahan 04 di Sawangan, Kota Depok, Didi Suhardi. Ia mengenang bagaimana sekolahnya menerima paket-paket awal program ambisius makanan bergizi gratis pada awal tahun ini.

Saat itu, pelaksanaan program tersebut punya banyak kendala. Mulai dari penjadwalan pengiriman sampai kondisi makanan yang diberikan.  "Nah, kendalanya yang siang itu kalau makanannya itu istilahnya seperti sayuran yang kayak kol, toge, begitu Itu memang aromanya itu sudah mulai tercium (tak sedap)," kata dia saat ditemui Republika di ruang kerjanya, kemarin.

Kondisi-kondisi itu kemudian langsung dilaporkan kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), alias dapur yang memasak makanan untuk program MBG. Makanan yang dianggap tidak layak langsung dipisahkan agar tidak dikonsumsi siswa. 

Didik menambahkan, pihak sekolah juga kerap menerima adanya keluhan dari orang tua terkait kondisi makanan yang diberikan. Keluhan itu kemudian disampaikan langsung kepada SPPG untuk menjadi bahan evaluasi. "Jadi pelan-pelan memang MBG ini sudah mulai diterima, dan jalannya program sudah makin baik," kata dia.

Sejumlah sekolah di Kota Depok, menerima paket MBG sejak pertengahan Januari 2025. Didi mengatakan, pihak sekolah sama sekali tidak mengajukan mengajukan diri untuk menjadi penerima MBG. "Kalau untuk yang tahap pertama itu dicari sekolah yang memang punya murid banyak. Karena kan dulu targetnya itu 3.000. Jadi dicari tuh sekolah-sekolah yang memang banyak muridnya Untuk mencapai target 3.000," kata dia.

Ia mengakui, ada surat perjanjian antara pihak sekolah dan SPPG sebelum program itu dijalankan. Beberapa poin dalam surat perjanjian itu adalah untuk merahasiakan informasi jika terjadi keracunan dan ganti rugi ketika ada tempat makan atau food tray alias omprengan yang rusak atau hilang. 

"Ya itu memang ada. Jadi ketika ada kejadian yang luar biasa, itu pihak sekolah bisa berkoordinasi dulu. Tidak diungkapkan ke publik dulu, tapi dikoordinasikan di sekolah dan ke SPPG," kata dia.

Siswa-siswi di SDN Bedahan 04 beruntung, belum pernah ada kasus keracunan terkait kondisi makanan tersebut. Lain cerita di wilayah Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sebanyak 352 siswa dari tingkat PAUD hingga SMA dan SMK jadi korban keracunan massal setelah mengkonsumsi paket MBG pada Senin. 

"Data sampai pagi ini ada 352 orang. Tapi ini masih terus berdatangan. Bahkan ada orang tua juga karena sempat mencicipi menunya kemarin," ujar Kapolsek Sindangkerta Iptu Sholehuddin di Gor Kecamatan Cipongkor, Selasa.

Sholehuddin mengatakan, pasien yang dirujuk ke rumah sakit karena membutuhkan penanganan intensif rata-rata mengeluhkan sesak nafas hingga kejang-kejang. Sedangkan yang rawat di Gor Kecamatan Sindangkerta sejak semalam mayoritas sudah pulang. "Yang semalam sebetulnya sudah pada pulang. Tapi pagi ini ada lagi yang masih berdatangan. Jadi jumlahnya masih berubah-ubah," kata dia.

Kepala Puskesmas Cipongkor, Yuyun Sarihotimah mengatakan, pasien mulai berdatangan ke puskesmas sekitar pukul 12.06 WIB. Mereka mengalami keluhan mual, pusing, hingga kejang-kejang. Kondisi itu dialami para siswa usai menyantap makanan dari program MBG yang dibagikan sekitar pukul 09.00 WIB. "Untuk pasien yang dirujuk rata-rata keluhannya sesak. Kita rujuk ke RSUD Cililin. Kemungkinan jumlah akan terus bertambah apalagi kalau informasi dari SPPG mereka menyediakan 3.600 porsi makan," kata dia.

Salwa (17 tahun), siswi SMK Pembangunan Bandung Barat menuturkan, awalnya ia bersama teman-temannya menyantap menu makanan yang disediakan melalui program MBG sekitar pukul 10.30 WIB. “Tapi pas di sekolah nggak dirasa meski udah mual-mual sama pusing setelah makan. Tapi udah banyak temen-temen yang dibawa ke bidan, baru aku jam tiga diperiksa," tutur Salwa.

Ia bersama teman-temannya mengkonsumsi menu berupa ayam kecap, tahu, sayuran hingga buah-buahan. "Ini bukan yang pertama makan gratis di sekolah. Tapi yang tadi kayak ayamnya itu masih ada bulunya," ucap dia.

Hal serupa diutarakan Muhammad Jefri (15), siswa SMP di Sindangkerta. "Ada ayam, tahu, sayuran sama buah-buahan. Rasanya nggak enak, bau," ucap Jefri. Setelah pulang ke rumah, ia merasakan gejala keracunan seperti mual dan pusing. Orang tuanya langsung membawa Jefri berobat ke bidan hingga diarahkan ke Puskesmas agar penanganannya lebih terpadu.

Ribuan keracunan...

Read Entire Article
Politics | | | |