REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Wakil Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Bidang Urusan Politik, Brigadir Jenderal Yadollah Javani, menyatakan bahwa konflik antara Iran dan Amerika Serikat bersifat mendasar dan berada pada tingkat strategis.
Selama 46 tahun terakhir, pemerintah Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa mereka tidak akan puas dengan apa pun kecuali penyerahan diri bangsa Iran kepada Amerika Serikat, tegasnya.
“Pada hari pertama perang 12 hari, Presiden AS Donald Trump membayangkan kemenangan dalam perang ini dan secara jelas menyatakan bahwa Iran harus menyerah tanpa syarat,” kata dia dikutip Mehrnews, Selasa (11/11/2025).
Konflik antara Iran dan Amerika Serikat bersifat mendasar dan berada pada tingkat strategis karena kepentingan kedua belah pihak bertabrakan.
Surat kabar New York Times mengutip analis dan pejabat di Timur Tengah yang memperingatkan bahwa pecahnya perang baru antara Israel dan Iran hanyalah masalah waktu.
Hal ini mengingat gagalnya negosiasi nuklir dan tidak adanya pengawasan internasional terhadap program nuklir Iran.
Laporan surat kabar tersebut mengungkapkan meningkatnya persiapan militer dari kedua belah pihak, dan mengutip pernyataan Direktur Proyek Iran di International Crisis Group, Ali Faiz.
"Pabrik rudal Iran beroperasi 24 jam sehari," kata dia sambil menekankan bahwa pejabat Iran memberitahunya negaranya bersiap untuk meluncurkan 2.000 rudal sekaligus ke Israel dalam perang mendatang untuk membanjiri pertahanan Israel. Pada perang 12 hari Juni lalu hanya meluncurkan 500 rudal per hari.
Fayez menambahkan Israel merasa bahwa misi tersebut belum selesai dan melihat tidak ada alasan untuk tidak melanjutkan konflik sehingga Iran meningkatkan kesiapannya untuk putaran berikutnya.
Pemandangan nuklir yang mengkhawatirkan
Surat kabar tersebut menyebutkan perjanjian nuklir sebelumnya berakhir pada 2015 dan sanksi Amerika Serikat diberlakukan kembali, sementara diyakini bahwa Iran saat ini memiliki uranium yang cukup untuk memproduksi 11 senjata nuklir.
Namun, lokasi persediaan tersebut tidak diketahui secara pasti meskipun Teheran mengatakan persediaan tersebut terkubur di bawah reruntuhan setelah serangan AS, sementara Israel mengklaim bahwa persediaan tersebut telah dipindahkan ke lokasi rahasia.
Iran juga terus mengembangkan lokasi pengayaan baru yang dikenal sebagai "Pickaxe Mountain" dan Teheran menolak untuk mengizinkan inspektur internasional masuk ke lokasi tersebut.
Surat kabar tersebut menyoroti pernyataan Direktur Badan Energi Atom Internasional, Rafael Grossi, kepada Financial Times bahwa sebagian besar persediaan uranium Iran masih ada, dengan perkiraan sekitar 400 kilogram uranium yang diperkaya hingga 60 persen yang sangat mendekati tingkat penggunaan militer.

2 hours ago
1







































