Hong Kong Gencarkan Restoran Halal untuk Tarik Wisatawan Muslim

5 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Semakin banyak restoran di Hong Kong berbenah untuk menyajikan makanan halal. Dari restoran fine dining hingga kedai Korea, mereka berlomba meraih sertifikasi halal demi menjangkau wisatawan Muslim yang jumlahnya terus meningkat. Salah satunya adalah restoran Chinesology yang kini menyajikan 20 menu halal khas Cina, termasuk daging char siu berbahan dasar daging sapi wagyu, bukan babi.

“Saya berharap teman-teman yang tidak bisa makan babi tetap bisa merasakan kelezatan char siu yang manis dan gurih ini, agar lebih banyak orang di dunia bisa mengenal budaya kuliner Cina,” ujar Direktur Kuliner Chinesology, Saito Chau, dikutip dari Bangkok Post, Selasa (1/7/2025).

Chau mengaku terinspirasi setelah berkunjung ke Dubai dan melihat restoran Cina yang melayani pelanggan Muslim. Sejak itu, ia berkomitmen menghadirkan versi halal dari menu klasik yang selama ini menggunakan bahan nonhalal seperti daging babi dan arak mawar.

Namun, proses penyesuaian tidak mudah. Karena Chinesology tetap menyajikan menu nonhalal, dapur harus dibersihkan menyeluruh dan dipisah menjadi area khusus untuk memasak menu halal. Peralatan dapur, kulkas, hingga bumbu masak harus terpisah dan hanya boleh digunakan oleh koki khusus masakan halal.

Tim dapur juga menerapkan seleksi ketat terhadap semua bahan dan pemasok. Mereka hanya bekerja sama dengan peternakan dan distributor bersertifikat halal, serta mencatat semua alur distribusi bahan baku untuk memastikan kehalalannya dapat dilacak. Demi menjaga kualitas dan ketersediaan bahan, mereka pun bekerja sama dengan lebih dari satu pemasok.

Upaya ini membuahkan hasil. Pada November lalu, Chinesology menjadi restoran Cina kelas atas pertama di Hong Kong yang mendapatkan akreditasi halal dari Islamic Community Fund of Hong Kong. Saat ini, terdapat hampir 200 restoran di kota tersebut yang telah menyandang status halal.

Inisiatif ini juga merupakan bagian dari strategi pemerintah Hong Kong untuk menjadikan kota tersebut lebih ramah bagi wisatawan Muslim, khususnya dari Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Timur Tengah. Dalam pidato kebijakan akhir tahun lalu, Kepala Eksekutif Hong Kong, John Lee Ka-chiu, menyatakan komitmennya untuk mendorong seluruh sektor pariwisata menciptakan lingkungan yang inklusif bagi pengunjung Muslim.

“Saya sudah menetapkan kebijakan yang jelas bahwa kami ingin menjadikan Hong Kong sebagai kota yang ramah Muslim, karena kami menyambut Anda. Kami ingin semua orang merasa dihargai dan diterima di sini,” kata John Lee dalam kunjungannya ke sebuah hotel di Tsim Sha Tsui.

Wakil Direktur Eksekutif Dewan Pariwisata Hong Kong (HKTB), Becky Ip, mengatakan promosi Hong Kong sebagai destinasi wisata halal bertujuan menangkap potensi besar dan daya beli segmen konsumen Muslim. Restoran yang ingin mendapat sertifikasi halal wajib mematuhi syariat Islam, mulai dari penggunaan bahan halal, menghindari babi dan alkohol, hingga memastikan daging disembelih sesuai aturan. Dapur juga harus dijaga ketat agar tidak terjadi kontaminasi silang dengan bahan nonhalal.

Bagi sebagian pelaku usaha, proses ini tidak sulit. Mustafa Temir, pemilik restoran Kimchi Korean Fusion, mengaku mudah menyesuaikan karena sebelumnya sudah mengelola kedai kebab halal. Ia mengatakan restorannya menjadi pintu pertama banyak Muslim untuk mencicipi masakan Korea.

“Kami Muslim, jadi sudah tahu pemasok dan cara pengolahan makanan halal di Hong Kong. Banyak tamu dari Malaysia, Singapura, Cina Muslim, dan negara lain yang berterima kasih karena kini mereka bisa makan makanan Korea yang halal,” katanya.

Cerita serupa datang dari Prem Bahadur Thapa, pemilik Basmati Taste of India. Karena tidak menyajikan babi sejak awal, proses sertifikasi hanya untuk meyakinkan tamu Muslim bahwa restorannya aman.

“Karena masyarakat Cina banyak mengonsumsi babi, Hong Kong dan Cina Daratan sering dianggap tidak ramah Muslim. Saya ingin memastikan semua tamu merasa aman dan percaya pada keaslian serta kualitas bahan kami,” ujarnya.

Sementara itu, Vinay Kapoor, pemilik gastropub Flaming Frango, mengungkapkan bahwa pihaknya mulai menyediakan ayam bersertifikat halal sejak satu dekade lalu. Kini, mereka juga menawarkan menu halal seperti fajitas, pasta, dan burger. Meskipun dampaknya terhadap omzet belum terasa signifikan, ia tetap optimistis.

“Mudah-mudahan, dengan promosi yang terus dilakukan pemerintah Hong Kong, jumlah wisatawan Muslim akan terus bertambah,” harap Kapoor.

Chaster Tong dari restoran Islam Food yang telah beroperasi di Kowloon selama 40 tahun menilai langkah ini penting untuk membuka mata pengunjung bahwa Hong Kong punya banyak pilihan makanan halal.

Sebelumnya, banyak wisatawan ragu mencicipi jajanan lokal karena takut mengandung minyak babi.

“Sekarang, dengan promosi ini, mereka jadi tahu pilihan yang aman. Halal bukan cuma soal bahan, tapi juga soal kebersihan dan makanan yang menyehatkan untuk tubuh dan iman,” ujarnya.

Dengan meningkatnya kesadaran dan fasilitas halal di berbagai titik kota, ekosistem wisata ramah Muslim di Hong Kong kini tak hanya berkembang, tetapi juga semakin menjangkau masyarakat luas.

Read Entire Article
Politics | | | |