REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2024/25 akan resmi diluncurkan pada Selasa (8/7/2025) di tengah optimisme Indonesia menempati peringkat tiga besar ekonomi syariah global. Namun, Wakil Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Bob Tyasika Ananta menegaskan posisi tersebut belum cukup jika Indonesia masih hanya berperan sebagai konsumen produk halal.
“Diperlukan peran seluruh pihak untuk bersama kolaborasi dan sinergi agar potensi halal agar Indonesia tidak lagi hanya menjadi pengguna, namun produsen dan role model pertumbuhan ekonomi syariah global,” kata Bob kepada Republika, Senin (7/7/2025).
Laporan SGIE edisi 2023/24 mencatat Indonesia berada di urutan ketiga dunia dalam Global Islamic Economy Indicator (GIEI), di bawah Malaysia dan Arab Saudi. Namun, dalam hal ekspor produk halal, Indonesia belum termasuk lima besar eksportir utama ke negara-negara OKI. Nilai total impor produk halal oleh negara OKI bahkan turun 2,91 persen pada 2022, menjadi 359 miliar dolar AS dari 370 miliar dolar AS pada tahun sebelumnya.
BSI menilai pentingnya menjadikan keuangan syariah sebagai mesin pertumbuhan baru yang menggerakkan sektor riil halal secara konkret, mulai dari makanan, farmasi, wisata, hingga fashion. “Keuangan syariah menjadi new engine yang memiliki tren positif dan mampu memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan global,” ujar Bob.
Ia menyampaikan, BSI kini mendorong berbagai inisiatif untuk memperluas peran bank syariah dalam membangun ekosistem halal di Indonesia. Salah satunya melalui gelaran BSI International Expo 2025 bertema “Engaging Indonesia in the Global Halal Industry”. Acara tersebut menjadi ajang temu pelaku usaha, regulator, dan pembuat kebijakan dalam memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok halal dunia.
“BSI berkomitmen ambil bagian mengakselerasi potensi industri halal di Tanah Air melalui peran bank syariah yang memfasilitasi para pelaku usaha untuk bisa menemukan bisnis baru serta menggali instrumen-instrumen keuangan syariah yang baru dan mampu menjadi engine bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” tegas Bob.
Selain itu, BSI juga memperkuat segmen bisnis berbasis karakteristik umat Islam Indonesia, termasuk layanan haji, umrah, dan bisnis emas. “Bisnis emas juga menjadi new engine instrumen keuangan syariah di tengah ketidakpastian ekonomi global. Untuk itu, kami terus menggali potensi-potensi sektor halal yang bisa menumbuhkan ekonomi baru,” ungkapnya.
BSI optimistis, momentum peluncuran SGIE terbaru ini menjadi pengingat peluang Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi halal dunia masih terbuka lebar selama langkah strategis diarahkan untuk memperkuat produksi, bukan hanya konsumsi. “Kami meyakini bahwa peluang investasi dan perdagangan halal Indonesia akan semakin terbuka di tengah ketidakpastian global,” ujar Bob.