Umar Wachid B. Sudirjo
Di dunia yang serba tak pasti ini, banyak orang sibuk dengan rencana. Mereka membuat peta hidup, target, dan strategi demi menghadapi masa depan. Tapi nyatanya, hidup seringkali berjalan tidak sesuai rencana. Ketika badai datang tiba-tiba, semua rencana bisa buyar. Dan saat itu, yang menyelamatkan bukanlah teori—melainkan keyakinan.
Keyakinan adalah satu-satunya hal yang tetap berdiri ketika segala hal lain runtuh. Ia tak bisa dibeli, tak bisa diwarisi, dan tak bisa dipalsukan. Keyakinan yang murni, yang tumbuh dari pengalaman, kesadaran, dan pencarian yang jujur—itulah perisai terkuat manusia. Bahkan tanpa persiapan, seseorang yang memiliki keyakinan sejati akan tetap mampu berdiri tegak, menghadapi apa pun yang datang.
Lihatlah seseorang yang dikejar anjing—ia bisa berlari secepat kilat, bukan karena rencana, tapi karena dorongan hidup yang spontan. Begitu pula hidup ini. Kadang kita harus berlari, bukan karena kita siap, tapi karena kita yakin bahwa kita harus selamat.
Dan lebih dari itu, dalam urusan keyakinan spiritual, mental petarung sejati diuji. Ketika seseorang dicap sesat, disalahkan karena perbedaan ibadah, atau bahkan dianggap akan masuk neraka, apakah ia akan goyah? Tidak, jika ia benar-benar beriman. Ia tidak lari dari tuduhan, tapi berdiri menatapnya—bukan dengan marah, tapi dengan hati yang siap menanggung konsekuensi apa pun dari keyakinannya.
Itulah mental baja. Bukan karena keras kepala, tapi karena hati telah bulat. Ia tidak butuh banyak pembelaan, karena ia tidak sedang menyenangkan manusia. Ia hanya ingin setia pada apa yang ia yakini benar, meskipun dunia menolaknya.
Keyakinan tidak membuat segalanya mudah. Tapi keyakinan akan membuat kita tetap berdiri, bahkan saat dunia menertawakan, menghakimi, atau meninggalkan. Dan dalam keyakinan itulah, mental petarung sejati lahir—tanpa peta, tanpa payung, tapi siap menghadapi hujan dan petir.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.