REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN — Belum hilang dari ingatan Undani Wanda Putra saat hari kedua bencana banjir bandang menimpa Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, yang berjarak tempuh sekitar tiga jam dari Medan, Sumatera Utara.
Koordinator Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Sumut itu mengaku telah menyaksikan informasi yang berseliweran dari media sosial mengenai horornya kondisi di daerah yang dihuni lebih dari tiga ratus ribu jiwa tersebut.
Bersama enam relawan lainnya, Wanda pagi-pagi benar bergegas untuk menyambangi Aceh Tamiang setelah berkoordinasi di Posko BSMI Sumut di Jalan Beo, Medan. Tim aju itu pun pergi ke kabupaten yang menjadi penghubung Aceh dengan Sumut itu untuk melakukan assesment di kabupaten kota yang terdampak banjir sedalam 12 meter itu. Menurut Wanda, banyak korban terjebak di dalam bus dan truk di jalan lintas provinsi itu.
“Saat banjir mereka terjebak dan banyak yang tidak bisa menyelamatkan diri,”kata Wanda saat berbincang dengan Republika di Sekretariat BSMI Sumut, Medan, Kamis (18/12/2025).
Saat turun ke kecamatan terdampak seperti Kuala Simpang dan Kejuruan Muda, Wanda pun menyaksikan kondisi yang mengenaskan. Beberapa desa hilang tersapu banjir. Rumah tertimpa rumah. Warga harus rela meninggalkan desanya yang hancur tersapu air.
Setelah melakukan pemetaan singkat, Wanda bersama tim sepakat untuk membuat posko kesehatan darurat di Desa Sidodadi, Kecamatan Kejuruan Muda, yang menjadi sentra kegiatan para relawan BSMI untuk melakukan aksi kemanusiaan.
Saat hendak pulang, Wanda menyempatkan diri membagi-bagikan masker seadanya. Di tengah perjalanan, dia pun mengaku ada bau mayat menyengat. Suasana mencekam mengingat tim aju harus melalui jalan penuh lumpur. “Di dekat Gapura Kampung Kesehatan itu saya cium bau bangkai,”ujar dia.
Ketua BSMI Sumatera Utara (Sumut) dr Tengku Benyamin Sp A mengungkapkan, pihaknya telah berupaya untuk melakukan aksi kemanusiaan setelah mengetahui banjir besar melanda Aceh Tamiang. Meski secara administratif berbeda provinsi, pegiat kemanusiaan yang akrab disapa dokter Amin itu mengungkapkan, dekatnya jarak membuat BSMI Sumut merasa berkewajiban untuk segera turun tangan.
Pada masa-masa awal bencana, dia menjelaskan, banyak dokter, perawat bahkan pasien RSUD Aceh Tamiang yang berjalan kaki dari menuju Sumut untuk menyelamatkan diri dan mencari kebutuhan pokok. “Mereka berjalan bisa tiga hari,”kata dia.
Menurut dokter Amin, kondisi Aceh Tamiang saat ini telah dalam masa pemulihan. Untuk itu, pihaknya bersama para relawan lainnya, terus melakukan aksi kemanusiaan berupa pelayanan kesehatan, layanan air bersih dan akses komunikasi dari Starlink. “Semoga musibah ini cepat berlalu,”kata dia.

4 hours ago
6














































