Abyan Tarunna Rinakit
Tangsel | 2025-05-01 13:47:40
Perpustakaan sering kali dipahami hanya sebagai tempat membaca buku. Padahal, hasil observasi saya menunjukkan bahwa perpustakaan menyimpan peran yang jauh lebih luas. Di balik rak-rak buku dan suasana sunyinya, perpustakaan berfungsi sebagai pusat pengembangan literasi, tempat pertumbuhan ide, serta ruang untuk memperkuat koneksi sosial di masyarakat. Membaca bukan lagi sekadar aktivitas pasif, melainkan pintu masuk untuk berpikir kritis dan aktif dalam kehidupan sosial.
Kondisi dalam perpustakaan. Dok. Pribadi
Dalam ranah pendidikan, perpustakaan bukan hanya penunjang pelajaran, tetapi juga menjadi tempat belajar mandiri dan kolaboratif. Banyak pengunjung yang datang tidak hanya untuk membaca, tetapi juga untuk berdiskusi, menyelesaikan tugas bersama, dan mengikuti pelatihan keterampilan digital. Hal ini mencerminkan bahwa perpustakaan telah bertransformasi menjadi ruang belajar terbuka yang mendukung pola pembelajaran abad ke-21 yang lebih fleksibel dan berbasis pengalaman.
Selain itu, perpustakaan memiliki peran penting dalam mendorong kegiatan sosial dan budaya. Hasil pengamatan saya menunjukkan bahwa perpustakaan sering dimanfaatkan untuk mengadakan seminar, pameran, bedah buku, hingga ruang ekspresi seni. Dengan menyediakan tempat yang aman dan inklusif, perpustakaan menjadi wadah bagi komunitas untuk berbagi gagasan, membangun relasi, dan merayakan keberagaman. Fungsi ini membuat perpustakaan tidak hanya sebagai pusat ilmu, tetapi juga sebagai titik temu masyarakat.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melihat perpustakaan dengan perspektif yang lebih luas. Perpustakaan bukan lagi tempat yang kaku dan terbatas pada aktivitas membaca, melainkan ruang dinamis yang mendukung tumbuhnya literasi informasi, sosial, dan budaya. Dengan terus mengembangkan perannya, perpustakaan berpotensi menjadi motor penggerak perubahan dalam masyarakat yang ingin terus belajar dan berkembang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.