Mengapa Hanya Islam yang Diberi Embel-Embel Moderat?

7 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK -- Antropolog dari Emory University, Atlanta, Amerika Serikat, Prof James B Hoesterey mengatakan, pasca peristiwa 11 September 2001 istilah Islam Moderat seolah berawal dari dunia barat yang menggunakan paradigma security anti-terror untuk menguji negara-negara Islam. Sehingga, seakan-akan di Islam tidak ada nilai-nilai moderat. 

Karena itu, Prof James akhirnya tertarik untuk memahami bagaimana umat Islam sendiri memaknai Islam Moderat.

"Inspirasi untuk belajar Islam Moderat itu pada awalnya saya ingin lebih memahami Islam Moderat dari perspektif muslim sendiri. Karena pada awalnya setelah peristiwa 9-11 itu, istilah Islam Moderat itu seolah itu selalu berawal dari dunia Barat sebagai semacam tes atau ujian untuk negara Islam," ujar Prof James dalam diskusi bertajuk “A Critical Review of Moderate Islam in the Muslim World” yang digelar Pusat Kajian Psikologi Universitas Indonesia (UI) di Gedung FISIP UI, Jumat (23/5/2025).

Dia pun mengungkapkan perspektif Barat yang kerap menyederhanakan makna Islam Moderat. Kalau dari perspektif Barat, kata dia, Islam Moderat itu orang yang mungkin percaya Tuhan tapi tidak sholat lima waktu, atau tidak terlalu serius dalam beribadah. 

"Padahal kalau kita lihat dari perspektif orang di Indonesia, Islam Moderat itu bukan itu, tapi lebih ke fokus ke toleransi atau fokus kepada misalkan bagaimana mencegah terorisme," ucap Prof James. 

Dalam penelitiannya, dia pun menemukan bahwa sebenarnya tidak ada definisi tunggal tentang Islam Moderat. Di berbagai negara Muslim seperti Indonesia, Mesir, dan Maroko, istilah ini memiliki makna yang sangat beragam. Bahkan di dalam Indonesia sendiri, tidak ada kesepakatan menyeluruh tentang apa yang dimaksud dengan Islam Moderat.

“Apakah Islam Moderat itu hanya toleransi kepada umat lain? Atau juga terkait dengan bagaimana umat Islam saling bertoleransi di antara mereka sendiri?” kata Prof James. 

Selain itu, dia juga mengkritisi narasi Barat yang kerap membagi umat Islam ke dalam dua kategori, yakni good Muslim dan bad Muslim, di mana istilah moderat disematkan pada yang dianggap ‘baik’ oleh standar Barat. 

Dia mempertanyakan mengapa istilah seperti "Kristen Moderat" atau "Buddha Moderat" tidak digunakan secara luas seperti dalam konteks Islam. Menurut dia, ini menunjukkan bias yang dalam.

"Kenapa hanya Islam yang harus diberi embel-embel seperti itu?” jelas Prof James.

Dia menekankan bahwa dunia Barat, terutama Amerika Serikat masih diliputi rasa takut terhadap Islam, yang berakar dari trauma pasca-9/11. Ketakutan itu, menurut dia, mendorong lahirnya kebijakan dan wacana yang tidak adil terhadap umat Islam.

Padahal di sisi lain, tambah dia, agama-agama lain juga punya sejarah kekerasan. Buddhisme misalnya, tidak selalu damai seperti yang dibayangkan.

"Kalau dalam konteks atau sudut pandang di Amerika, agama Buddhis itu seolah itu selalu peaceful, membawa perdamaian. Tapi kalau kita lihat masalah Rohingya, di Myanmar itu jelas agama Buddhis juga bisa jadi alat politik," kata Prof James. 

Read Entire Article
Politics | | | |