REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana menyatakan program Belanja di Indonesia Aja (BINA)-Indonesia Great Sale (IGS) 2025 menjadi inisiatif kolaboratif yang mengintegrasikan sektor ritel dan pariwisata guna mendorong belanja dalam negeri sekaligus mempromosikan produk lokal.
Widiyanti—yang akrab disapa Widi—menjelaskan program tersebut merupakan inisiasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang berkolaborasi dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pariwisata.
"Terdapat benang merah yang kuat antara wisatawan dan wisata belanja. YouGov pada 2023 menyatakan 27 persen wisatawan asal Indonesia termotivasi oleh kegiatan belanja saat berwisata ke mancanegara maupun di dalam negeri," ujar Widi dalam Opening Ceremony Belanja di Indonesia Aja (BINA)-Indonesia Great Sale (IGS) 2025–Wisata Belanja di Indonesia di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Ia menegaskan wisata belanja memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan perjalanan dan kunjungan wisatawan, terutama pada periode libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perjalanan wisatawan nusantara sepanjang Januari hingga Oktober 2025 telah mencapai 997,91 juta perjalanan atau tumbuh 18,89 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Sementara kedatangan wisatawan mancanegara ke tanah air telah tembus angka 12,76 juta tumbuh sebesar 10,32 persen dibandingkan dengan periode Januari hingga Oktober 2024. Turis asal Malaysia masih menjadi penyumbang kunjungan terbesar," sambung Widi.
Ia juga memaparkan rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara (Average Spending Per Arrival/ASPA) pada kuartal I hingga kuartal III 2025 mencapai 1.259 dolar AS. Dalam periode yang sama, sektor pariwisata menyumbang devisa negara sebesar 13,82 miliar dolar AS.
Kontribusi sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, lanjut Widi, tercatat sebesar 3,96 persen pada tiga kuartal tersebut. Bahkan, Office of Chief Economist Bank Mandiri mengestimasikan kontribusi pariwisata terhadap PDB dapat mencapai 14,9 persen.
"Dengan melihat angka-angka positif yang mengiringi pertumbuhan wisatawan mancanegara sangat penting bagi kita untuk memahami artinya tax refund dan pariwisata yang ada dalam agenda BINA ini," lanjut Widi.
Menurut dia, kebijakan tax refund dalam pariwisata bukan sekadar pengembalian pajak, melainkan insentif strategis untuk mendorong wisatawan berbelanja lebih banyak, tinggal lebih lama, serta memilih Indonesia sebagai destinasi belanja.
"Dengan tax refund, belanja menjadi bagian dari pengalaman wisata, produk lokal naik kelas, dan daya saing destinasi meningkat. Pajaknya dikembalikan, tetapi nilai ekonomi pariwisata justru bertambah," ucap Widi.
Ia menambahkan, program BINA-IGS 2025 menjadi momentum penting untuk menggerakkan wisata belanja di akhir tahun. Kementerian Pariwisata juga mendorong online travel agent melalui kerja sama terpadu guna mengamplifikasi penjualan paket wisata.
Sebanyak 23 mitra industri, kata Widi, telah menyusun sedikitnya 65 paket wisata yang mendukung pengembangan wisata belanja. Upaya kolaboratif ini dinilai memperkuat daya tarik perjalanan domestik sekaligus menciptakan keterhubungan antara destinasi, pusat perbelanjaan, kuliner, dan aktivitas daerah.
"Semoga dengan kolaborasi ini target Rp30 triliun dari transaksi belanja lebih dari 412 pusat perbelanjaan di lebih dari 24 provinsi benar-benar bisa tercapai," kata Widi.

10 hours ago
7














































