Ilustrasi diplomat Israel terjeblos dalam perangkap grup Whatsapp yang dikelola orang Iran.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski dikenal memiliki infrastruktur digital yang dilengkapi keamanan siber superhebat, Israel ternyata harus mengakui pertahanan digital mereka berhasil ditembus. Faktanya, Israel dipermalukan, karena diplomatnya dipaksa bergabung dalam grup Whatsapp yang dikelola warga negeri para Mulla.
Laporan internal Kementerian Luar Negeri mengkonfirmasi bahwa diplomat-diplomat Israel secara diam-diam "dijebloskan" ke dalam grup-grup WhatsApp yang dikelola langsung dari Iran dan negara musuh lainnya, sebagaimana diberitakan The Times of Israel. Ini bukan sekadar spam biasa, melainkan bagian dari perang asimetris yang dirancang untuk menembus pertahanan siber Israel yang selama ini dianggap kokoh.
Israel dikenal sebagai pemimpin global di bidang keamanan siber, yang dipicu oleh kebutuhan pertahanan dari berbagai ancaman eksternal. Sektor keamanan siber Israel sangat maju, didukung oleh investasi besar pemerintah dan swasta, serta kolaborasi erat antara akademisi, industri, dan militer.
Picu Alarm Keamanan Nasional
Situasi ini memicu alarm keamanan nasional setelah sebelumnya terungkap puluhan warga Israel biasa berhasil direkrut sebagai mata-mata Iran melalui media sosial.
Modus operandinya, dimulai dengan tugas-tugas sederhana berbayar yang tampak tidak berbahaya, sebelum akhirnya berkembang menjadi kegiatan spionase serius bahkan rencana pembunuhan.
Yang lebih mencemaskan, ini terjadi di tengah gelombang intimidasi sistematis dimana politisi Israel seperti mantan Menteri Kehakiman Ayelet Shaked bahkan menerima panggilan ancaman langsung dari Iran dan perangkatnya diretas.
Kini Israel panik, bagaimana mungkin negara dengan kemampuan intelijen legendaris seperti Mossad bisa begitu rentan terhadap serangan siber yang "hanya" memanfaatkan aplikasi pesan sehari-hari?
Fakta bahwa musuh bisa dengan mudah menyusup ke percakapan digital warga dan diplomatnya mengungkap kerentanan baru yang membuat petugas keamanan Israel tidak bisa tidur nyenyak. Ini bukan lagi perang konvensional, tapi perang psikologis. setiap warga Israel bisa menjadi target empuk di ruang digital mereka sendiri.