Puluhan Desa di Sumatera Masih Terisolir Imbas Banjir dan Longsor

10 hours ago 7

Image Dimas Radithga S.

Info Terkini | 2025-12-15 14:19:46

Sumber : https://pin.it/6nChqq4fg

Jakarta, 15 Desember 2025 — Puluhan desa di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat masih terisolir akibat dampak parah banjir bandang dan tanah longsor yang melanda kawasan ini sejak akhir November 2025. Bencana alam ini terjadi setelah hujan panjang yang memicu meluapnya sungai dan longsornya lereng-lereng perbukitan, sehingga membuat akses jalan utama dan jaringan komunikasi terputus.

Sejumlah desa di Kabupaten Tapanuli Tengah (Sumut), Kabupaten Agam (Sumbar), dan beberapa wilayah di Aceh Tamiang masih belum bisa dijangkau tim evakuasi dan bantuan logistik karena jalan utama tertutup lumpur dan material longsor. Di Tapanuli Tengah, jaringan telekomunikasi pun juga mengalami putus sehingga informasi darurat sulit disampaikan ke luar.

Warga di desa-desa tersebut kini hanya mengandalkan perahu kecil atau jalur setapak yang terendam untuk keluar dari isolasi. Kondisi ini memperlambat bantuan makanan, obat-obatan, dan fasilitas kesehatan sampai ke lapangan. Bahkan beberapa pemukiman terendam air hingga setinggi pinggul orang dewasa.

Menurut data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban jiwa akibat banjir dan longsor di pulau Sumatera terus bertambah, ratusan orang tewas dan ratusan lainnya masih dinyatakan hilang. Lebih dari satu juta warga terdampak secara langsung dari banjir besar ini yang tersebar di Aceh, Sumut, dan Sumbar.

Selain korban jiwa, ribuan rumah warga juga rusak parah. Sejumlah fasilitas umum, termasuk sekolah dan pos kesehatan desa, ikut rusak karena derasnya arus banjir dan runtuhan tanah. Di beberapa titik, warga terpaksa mengungsi ke tenda-tenda darurat yang didirikan relawan dan pemerintah daerah.

Pemerintah pusat bersama BNPB dan TNI/Polri terus berupaya membuka kembali akses jalan yang terputus. Beberapa rute strategis telah berhasil dibuka sehingga kendaraan logistik bisa masuk ke titik-titik tertentu di Sumatera Utara, seperti jalur Tarutung–Padang Sidempuan yang sebelumnya diblokir material longsor.

Namun di banyak desa terpencil, akses masih sangat terbatas. Pemerintah daerah dan relawan kini merancang jalur alternatif semi-permanen untuk mempercepat pendistribusian bantuan serta evakuasi warga yang paling rentan.

Pengamat lingkungan dan badan riset menyebut banjir ini bukan hanya akibat curah hujan tinggi, tetapi juga diperparah oleh degradasi hutan di daerah aliran sungai (DAS). Kerusakan hutan di hulu sungai di beberapa wilayah Sumatera menyebabkan air hujan tidak diserap dengan baik sehingga meluap deras ke hilir dalam waktu sangat singkat.

UGM dan ahli hidrologi lainnya juga menekankan pentingnya rehabilitasi hutan serta pengelolaan alih fungsi lahan untuk mencegah bencana serupa terulang di masa depan.

Di tengah situasi yang sangat sulit ini, solidaritas dari relawan, warga sipil, serta sejumlah lembaga kemanusiaan terus berdatangan untuk membantu penyintas di desa-desa yang masih terisolir. Warga berharap bantuan cepat datang sebelum kondisi kesehatan dan keamanan di wilayah tertinggi terisolir semakin memburuk.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |