Setahun Prabowo–Gibran: Koperasi Desa Menjadi Napas Baru Ekonomi Rakyat

3 hours ago 1

Suasana Koperasi Kelurahan Merah Putih Gedawang di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (18/10/2025). (Kamran Dikarma)Suasana Koperasi Kelurahan Merah Putih Gedawang di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (18/10/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak diluncurkan pada 19 Juli 2025, Koperasi Kelurahan Merah Putih (KKMP) Gedawang di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), langsung mengeksekusi rencana bisnisnya, yakni penyediaan bahan pokok. Dengan modal terbatas, mereka memutuskan membeli dua ton beras untuk dijadikan dagangan utamanya. Kini, setelah tiga bulan beroperasi, KKMP Gedawang sudah menjual berbagai produk dengan omzet tertinggi mencapai Rp69 juta.

Ketua KKMP Gedawang Rudi M. Alif mengungkapkan, ketika awal didirikan, koperasinya hanya beranggotakan 20 orang. Mereka menyetorkan simpanan pokok yang dibayarkan satu kali senilai Rp100 ribu dan simpanan wajib sebesar Rp10 ribu per bulan. Namun guna menggenjot modal usaha, para anggota sepakat membayar simpanan wajib untuk satu tahun sekaligus. 

Rudi mengatakan, untuk modal awal, KKMP Gedawang juga memperoleh pinjaman Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). Dari iuran dan pinjaman, modal yang dihimpun KKMP Gedawang mencapai Rp26 juta. Karena baru terbentuk, KKMP Gedawang memutuskan membeli beras untuk dagangan utama. Hal itu karena perputaran penjualan beras dinilai cukup cepat. 

"Dulu di awal kami datangkan dua ton beras dari Kendal, itu sekitar Rp26 juta. Namanya bukaan awal, tidak langsung lengkap. Ketika sudah berjalan, baru sales-nya ID Food ke sini nawarin gula, minyak, dan sebagainya. Habis itu dari Bulog masuk. Kemudian dari Patra (Pertamina Patra Niaga) masuk," kata Rudi ketika ditemui Republika, Sabtu (18/10/2025). 

Kendati demikian, Rudi mengatakan, barang atau produk yang dipasok oleh pihak-pihak BUMN terkait tidak menerapkan sistem konsinyasi. "Sebenarnya ada tempo tiga hari atau satu minggu, tapi kami memilih barang datang langsung dibayar," ucapnya. 

Saat ini KKMP Gedawang sudah menjual berbagai produk bahan pokok, seperti beras, minyak goreng, dan gula pasir. Produk lain yang tersedia di KKMP Gedawang antara lain gas elpiji subsidi dan non-subsidi, tepung terigu, nuget, serta produk UMKM seperti jamu kemasan dan bawang goreng. 

Rudi mengungkapkan, KKMP Gedawang tidak hanya melayani pembelian untuk kebutuhan rumah tangga, tapi juga skala grosiran. "Yang grosiran itu yang punya usaha mikro di sekitar sini. Yang punya usaha mikro kan butuh minyak, gula, dan lainnya yang jumlahnya agak banyak. Jadi mereka belinya grosiran," ujarnya. 

Setelah tiga bulan beroperasi, omzet KKMP Gedawang menunjukkan tren peningkatan. "Akhir Agustus omzet sekitar Rp55 juta. Kemudian September kemarin bendahara melaporkan omzetnya sekitar Rp69 juta. Untuk Oktober ini kemungkinan bisa naik lagi dari Rp69 juta, karena sudah ada tambahan barang dan lain-lain, jadi transaksinya juga bertambah," ucap Rudi.

KKMP Gedawang menjadi Koperasi Merah Putih (KMP) yang aktivitas usahanya cukup menonjol di Kota Semarang. Pada 28 Agustus 2025, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas), didampingi Gubernur Jateng Ahmad Luthfi dan Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti melakukan kunjungan ke KKMP Gedawang. COO Danantara Dony Oskaria turut berpartisipasi dalam kunjungan tersebut. 

Meski saat ini kegiatan usahanya cukup positif, Rudi menyebut, KKMP Gedawang belum berencana memanfaatkan fasilitas pinjaman modal dari himpunan bank negara (Himbara) yang memang disediakan untuk KMP. 

Meski suntikan modal berpotensi mengembangkan bisnis KKMP Gedawang, Rudi dan para pengurus lainnya masih menyoroti perihal persentase bunga. 

"Walaupun (bunga pinjaman) dari Menteri Keuangan ke bank (ditetapkan) dua persen, tapi dari bank ke kami pasti ada marginnya. Jatuhnya mungkin bisa lima atau enam persen. Menurut kami, selama ada bunganya, agak berat," kata Rudi. 

Dia menerangkan, untuk omzet pada Agustus 2025 yang mencapai Rp55 juta, KKMP Gedawang memperoleh margin sekitar lima hingga tujuh persen. Menurutnya, jika margin yang diperoleh kemudian dipakai untuk membayar bunga pinjaman bank, KKMP Gedawang akan sulit berkembang. "Maka dari itu kita usahakan tetap mandiri," ujarnya. 

Read Entire Article
Politics | | | |